Mengapa aku tulis judul seperti itu? Bukankah itu yang sering dikatakan orang?
Happy Graduation!!! Welcome to the Jungle!" 

Well, iam not really understand enough actually, buat setelah satu bulan menanggalakan toga itu, rasanya bulan ini aku mulai mengerti kalimat itu. Kebingungan sarjana s1 setelah sarjana adalah tentang 3 hal. Kerja, s2 atau menikah. Tak jauh dari ketiga hal itu.

Dari semua fenomena yang kawan-kawan jursanku alami, banyak dari mereka yang langsung bekerja, tak banyak yang langsung melanjutkan s2, apalagi menikah.  Well, dengan berbagai link dan jaringan yang ada, belum wisuda pun aku dipercaya untuk mengurusi sbuah project oleh salah satu jaringan organisasiku yang insya allah akan terwujud di bulan Februari 2016 kelak. Kesibukan memang tak berubah tapi yang berbah adalah supply dana. Ya. LPJ sarjana sudah tutup buku secara resmi, sejak wisuda di gelar. Terputuslah jaringan rekeningku dan donatur terbesar dalam hidupku, yaitu ibu. Inilah hutan yang sesngguhnya kawan.

Bagaimana usaha kau bertahan hidup di hutan belantara ini, tanpa sokongan dari siapapun. Kawanku yang mendapat kerja kantoran pun juga pernah bilang, setelah kita memegang uang, bukannya bisa foya-foya, tapi malah makin perhitungan mengeluarkan uang. karena tahu betapa lelahnya mencari mungkin ya.

Lagi-lagi jaringan, dan kawan-kawan aktifislah yang banyak memberi jalan. entah itu menjadi notulensi seminar, ataupun koordinator survey bayaran. Yang penting bisa buat ongkos gojek dan makan.

Satu yang membuat lega setelah menanggalkannya. Ada organisasi yang jaringannya siap memelukmu kapan saja. 

well, bukan kegelisahan itu yang ingin kubagi sebenarnya, karena memasuki tahun baru ini, agendaku sudah banyak yang harus dikerjakan, jadi masalah uang, kita pinggirkan lebih dahulu. Kita bahas masalah passion, impian, dan kesejatian hidup.

Semester akhir pasti bermasalah dengan skripsi. Setelah wisuda, pasti beda lagi masalah yang dihadapi. itu lagi-lagi sebuah fase pergantian kehidupan. satu fase berakhir happy ending, awal fase lain  yang dimulai dengan masalah. begitu seterusnya. Sampai kita tidak akan mengalami masalah agi di dunia ini, alias mati.

Dan mengenai passion dan impian, kufikir saat ini, ia tidak akan pergi dan lari kemana-mana, apalagi ketika kau meninggalkannya untuk belajar arti kata ketulusan dan pengabdian hidup. Nah ini agak memetaforakan pengalamanku sendiri saat ini. Yang harus dilakukan sekarang adalah mengerjakan tanggungjawab yang Tuhan berikan.

Ya rasanya ada yang berbeda. Jelas, prinsip ini sangat berbeda dengan prinsipku 4 tahun yang lalu tentang impian dan cita-cita. JIka dulu kufikir impian dan cita-cita adalah tujuan akhir. sekarang ternyata mlai berubah.

Bagiku, mimpi itu ibarat puncak mercusuar, yang akan menunjukkan arah kepada tujuan akhir. 
Oleh sebab itu, aku dan kita masih perlu dan harus untuk memilikinya. Karena ia adalah perwujudan optimisme, harapan dan alasan semua manusia untuk melanjutkan hidup.

Berbicara masalah mimpiku, ahamdulillah 2015ku berakhir sesuai rencana. Aku kembali ke Malaysia, aku Lulus Sarjana, aku jadi panitia konferensi internasional, aku bertemu dan lebih mengenal orang-orang baru dan orang-orang lama. Hanya beberapa dari target 2015, termasuk bertemu dengan si dia. :D

Kita boleh tersesat dijalan, asal jangan tersesat dalam tujuannya. 

Artinya apa? aku sedang sangat belajar memahami bahwa, hidup ini adalah pilihan kita. mungkin lebih spesifiknya bisa dikerucutkan dengan, pilihan perjuangan atau pilihan pengendalian. Tentu perjuangan akan terasi lebih berat dibanding pengendalian. Karena dalam perjuangan pasti lebih banyak terdapat pengorbanan. mengorbankan yang disukai, mengorbankan yang dicintai, mengorbankan yang org lain sukai, bahkan mengorbankan keinginan seluruh orang.
Kita hanya bisa memilih yang mana tujuan dan jalan kita. tujuan kita bisa sama, tapi jalannya yang berbeda-beda. Oh lagi-lagi ini mungkin teguraanmu, dan peringatanmu padaku, untuk lebih berhati-hati berkata tulus dan ikhlas, karena ketika aku sendiri yang diuji, aku merasa sangat berat mendefinisikan, menerjemahkan, serta mengamalkannya.

Yang aku yakini adalah, yang aku kerjakan sekarang adalah banyak berhubungan dengan kalam-kalamMu. Maka Ya Tuhan kumohon sangat sekali padamu, jangan biarkan hatiku, setitik saja ternodai kotor oleh perasaan-perasaanku sendiri yang tidak bisa mengendalikan nafsunya.

Ya, ini adalah pilihan, namn bukan final. untuk meramal hari esok aku tak mampu, bahkan 5 menit lagi pun aku tak tahu. jadi aku berusaha mencoba untuk menyerahkannya padaMu.
Sang Maha Pemberi Ganti.

Cibinong, 1 Januari 2016

Lets Keep Write. Write your ideas, your opinion your stress, your pressure, your desire, your sadness, your disappointed, your mind. All about your emotion.  Just keep Writing!

Memasuki minggu pertama di bulan Agustus, rasanya semuanya berlalu begitu cepat memisahkan kita dengan Ramadhan, memisahkan kita dengan Lebaran. Memisahkan kita dengan hiruk pikuk percakapan banyak orang. Memasuki bulan pertama di semester akhir semester 9, yang mau tidak mau, November ini harus menjadi bulan terakhirku di tanah Ciputat, membuat setiap pergantian malamnya terasa berjalan sangat lambat dan menegangkan. Setiap pergantian anak tangga, kaki selalu menekan lebih keras, ketikaia semakin tinggi, topangan kaki pun semakin lebih hebat. Begitu juga setiap pergantian fase kehidupan. tekanan yang manusia lalui terasa semakin berat dan semakin terhimpit. Semua orang dipaksa melalui hidup yang seragam fasenya, meskipun tidak dikehendakinya.

Well, fase kehidupan setelah kuliah ini semakin beragam. kita bukan lagi anak pondok ingusan yang bau kencur tak mengerti dunia luar. Kita malah semakin mengerti dunia dan ingin menutup diri dari peredaran. Loh kok begitu? Ribuan pencapaian orang berlalu lalang di sosial media beredar, menyebarkan motivasi, inspirasi, juga menebar kesirikan dan keputus asaan.

Dari ribuan keinginan yang tertular, mungkin harus diredifinisikan lagi apa yang sebenarnya kita butuhkan dan kita mampu lakukan dalam tataran realita namun dngan tidak "biasa-biasa" saja.
Ya. Begitulah setiap ahli tercipta. Mereka memaksimalkan karunia yang Tuhan berikan pada dirinya semaksimal mungkin dengan tidak "biasa-biasa"saja. Bidangnya, tidak bisa kita seragamkan.. Tidak juga bisa kita banding-bandingkan. Yang seharusnya adalah kita kombinasikan.

Hi. Last semester. Girls. little Smart.

Dari empat kata diatas, can you imagine how her future?
Ya, lagi-lagi sosial media menjadi sumber utama, fikiran-fikiran kita yang tidaknyata, sirik menyirik pada orang yang bahkan berkenalan pun sama sekali belum. Well, Be your own-own -own self. Kalau setiap orang bermimpi menjadi seperti orang lain, maka tak akan ada kebenaran.
Ya kebenaran. Menjujuri diri sendiri. memeahami diri sendiri. dan percaya pada diri sendiri. Percaya pada qualitas diri dengan tetap menjunjng tinggi kualitas kehidupan yang lain.

Untuk target kedepan terdekat, mengapa aku lebih tertarik naik haji atau umrh dibanding ke laur negeri, meskipun kesempatanya datang ribuan kali.
Dan lagi-lagi untuk sekarang, mengapa aku lebih tertarik anjuran menikah oleh nenekku dibanding mengejar s2 ke luar negeri meskipun hal itu sangat mampu aku lakukan.
Mengapa aku membayangkan akan lebih memilih mengajar santri-santriku dibanding ikut calon-calon  pemilihan pemimpin?

Ya lagi-lagi ini soal kadar kebahagiaan. Bahwa diriku terdidik, hidup bukan untuk terus menerus membahagiakan diri sendiri, tapi mengutamakan keinginan orang lain...
Mungkin terlihat sederhana dan biasa-biasa saja, sangat berbeda dengan moto ku diatas. Mungkin bahkan terlihat sederhana dan tidak bernilai sama sekali.
Tapi teernyata ada yang menyilaukan dibalik topeng itu semua, yakni bersinarnya hati, bersihnya ketulusan untuk memberi, serta keikhlasan dalam mengabdi.
Mengabdi adalah kunci kehidupan dari semua kunci. Pangkal semua kegiatan di dunia ini. Begitu tutur Ibu Nyai padaku.

Lagi-lagi soal kenikmatan hati, kepuasan hidup dan pengabdian yang menjadi pangkal perjalanan.
Begitulah caranya kita memilih keinginan dari ribuan mimpi yang diraba nyata.


CIteureup, 4 Agustus 2015.
Pelajaran pertama

Mungkin sudah satu putaran bumi mengitari pusat tata surya,
Goresan itu membekaskan luka yang masih menyisa tanda,
Mungkin kebesaran diri pun selalu merasa tidak terima untuk disakiti.
Padahal siapalah hamba?
Jangankan menghakimi makhluk-makhlukmu yang menyakiti,
Menghakimi diri sendiri pun rasanya perlu waktu hingga seumur hidupku.

Rasanya baru kemarin kita saling menatap.
Namun kini sudah satu dekade kita saling melupa dan pura-pura lupa.
Lupa pernah mengenal atau lupa pernah saling mencinta.
Itulah drama, melodi kehidupan yang berisi gelap dan terang,
terisi tawa dan tangis, juga cerita dan derita.
Pada siapapun yang pernah terluka.
Mungkin posisi terluka tidak selalu dirgikan.
Yang kurasa adalah,
hatiku ternyata masih terlalu sombong,
karena merasa tak pantas dilukai sesama manusia.
Padahal Siapalah hamba?
Bahkan untuk dilukai oleh puluhan orang pun rasanya hamba masih pantas mendapatkan?
Padahal Siapalah hamba ini?
Bahkan diri sendiri pun tidak lebih baik dari ibadah yang menyakiti.
Padahal siapalah hamba ini?
Bahkan diri begitu merasa paling suci dan paling benar diantara yang lain.

Pelajaran kedua

Pelajaran kedua ini berbalik
Tak disangka kini diri inilah yang menjadi tersangka,
Diri yang sombong inilah yang menyakiti dan mengkhianati,
Hingga ia pergi tanpa permisi
Bahkan meninggalkanku dengan ketidakberdayaan kesalahanku.
Rasa ternyata tak mampu menjelaskan bahkan untuk secuil kesalahpahaman.
Melupakan bahwa kita pernah saling peduli dan saling berbagi.
Mengikis bahwa kita pernah sama-sama berjuang dalam satu tujuan.
Menghapus semua terimakasih dan senyuman-senyuman yang tak henti setiap harinya.

Mencari kawan hidup memang tak semudah mencari kawan arisan.
Kita tidak ditakdirkan untuk bersama hanya untuk satu kepentingan.
Dan yang akan menemani akan terseleksi oleh badai yang menghadang.
Masalah selalu datang menguji keegoisan dan sifat keakuaan?
Masih tebal kah?
Atau sudah lebur menjadi kita?

Kawan hidup itu tidak pernah meninggalkan.
Sekalipun kita sudah tak beraga.
Kawan hidup selalu menerima kelemahan, kesalahan, dan ketidakberdayaan.
Kawan hidup tidak pernah menduakan, mentigakan, atau mengesampingkan.





Sangat mudah baginya untuk mengabulkan melampaui yang kita bayangkan.
Sangat mudah sekali.
Namun kita seringkali yang ragu dengan kemampuannya.

...
Banyak bekerja. Sedikit berharap.
Banyak berdoa. Sedikit berprasangka.
Ridlo akan jalan yg digariskan,
Mensyukuri setiap kesedihan dan kebahagiaan dengan kesyukuran yang sama.
Pasrah sepasrah pasrahnya.
Pasrah layaknya tidak ada daya sama sekali dari diri.
kecuali bermuara dari pertolonganNya.

....
Aku mampu bermimpi lebih tinggi dari kemarin.
Namun hati rasanya harus terus belajar lebih lapang dari kemarin.
Jika senjata diberikan,ingin kutebas satu persatu, keinginan-keinginan yang tak pernah usai itu.
Namun apalah daya, bahkan diri ini pun masih belum mampu melawannya sendiri.

...
Mengalir seperti air dengan ketenangan yang syahdu.
Berbunyi gemericik sebagai dinamika pengisi tenangnya kesunyian.
Pasrah pada jalan nya yang akan dituju. Terus melaju melewati batu-batu rintangan yang membentang.
Kembali seperti sedia kala meski sempat terkoyak dan tak beraturan.
Sesederhana itu.
Menjalankan semua sebagai amanah (alat) bukan tujuan.
Menjalankan lakon kemanusiaan dengan sebaik2nya peran tanpa berlebihan.
Lalu kembali menjadi jati diri- jati diri sunyi yang mampu melampaui batas pikiran dan dimensi.
Tak ada rasa cemas. Tak ada kekhawatiran tentang besok mau makan apa.

...
Menghirup nafas dengan ketulusan, memaknai setiap gerakan dengan kebatinan.

...
Ramai ternyata dunia sunyi ini. Penghuninya sudah ramai berlomba dalam kesunyian.
Berlomba semakin diam dan semakin sunyi.

...
Banyak yang mengerti tapi sedikit yg bisa menikmati.
Banyak yg menyadari namun tetap sedikit yang mampu mengabdikan diri.

...
Cinta bukanlah kata-kata.
Ia bernafas lewat tindakan dalam diam, dan pembuktian dalam keheningan.
Ia akan meminta pembuktian kita untuk menderita.
Menderita menghilangkan ego keakuan yang begitu besar.
Menyiksa kita untuk memudarkan kepedulian pada diri sendiri yang begitu bingar.
Menganiaya kita untuk lebih mementingkan keinginan kekasih kita dibanding mengabulkan kepentingan jiwa dan nyawanya sekalipun.
Dan sampai tiba waktunya nanti kita sama-sama meninggalkan kefanaan.
Mimpi-mimpi yang membekas adalah yang paling menyedihkan.
Yang paling menganiaya kita dalam rasa sakit yang berkepanjangan.
Yang meleburkan semua keakuan dan pendirian terhadap diri sendiri lenyap menyatu. Bersatu dengan pangkal penciptaan.

Mari merenungi detik-detik kehilangan kita pada bulan lumbung segala pengkabulan.
Mari benahi pakaian yang sobek terkoyak oleh setan kelupaan dan kealpaan yang tak kenal kurungan zaman.
Mari berdoa lagi untuk semua harapan yang kita sandarkan pada pemilik kunci jawaban.
Mari berpasrah lagi pada yang Maha menentukan semua garis ketentuan.
Mari berpasrah lagi.
Mari merebah lagi pada yang mempunyai seribu pintu maaf kasih sayang.
Mari berserah lagi pada satu-satunya sumber kekuatan.
Mari berlemah lagi.
Mari berkeyakinan dan bershalawat lagi pada satu-satunya pemberi jalan cahaya kita menujunya..
Baginda kami tersayang Rasulullah, yang tanpa cahaya dan rahmatnya,
Kita hanya seoonggok daging hidup yang kebingungan mencari jalan pulang.

-
Maaf bathin atas dosa yang mungkin terabai dari maaf lahir,
Maaf bathin atas prasangka-prasangka satu sama lain, yang belum terucap namun sudah menuai noda,
Maaf bathin atas segala maaf lahir yang belum benar-benar tulus diucapkan.
Maaf bathin juga untuk hati ini yang mungkin belum tulus bisa memaafkan lahir bathin.

Ramadhan 221435 h.
Tol Cipali Km 102
Ditengah resahnya teman-temanku yang ingin cepat lulus, di tengah galaunya mereka yang ingin segera menikah, adapula kecemasan-kecemasan pekerjaan yang semakin hari menuntut kami, mahasiswa tingkat akhir semakin pragmatis dan realistis. Tidak terasa sudah 48 bulan aku berada di suasana masa kampus, masa dimana aku bisa merasa paling sombong dengan title mahasiswa. Bulanan masih ditanggung orang tua, kritik sana kemari untuk pemerintah, posisi paling nyaman dari semua fase kehidupan, yang pernah aku jalani. Beberapa bulan yang lalu, ketika sema temanku mulai fokus dengan tugas akhirnya, aku masih bereforia, menikmati masa-masa terakhir sebagai aktifis kampus dengan puluhan acara. Namun kini, tidak berbeda dengan mereka, aku sedang duduk di depan laptop usangku di pojok perpustakaan yang dihuni kurang lebih 2 orang saja.

Rasanya kata " Akhirnya" adalah kata yang paling diinginkan dan dirindukan setiap orang dalam setiap tingkatan. Dulu mondok 3 tahun, detik-detik mendebarkan ada pada UN dan Ujian Nihai, "alhamdulillah lulus juga" muncullah kata-kata itu. 4 tahun setelah hari itu, lagi-lagi kami dihadapkan dengan namanya ujian, dan lagi-lagi menunggu kata sykur dan "akhirnya selesai juga". Ya semanya pasti berlalu. Bisa biasa-biasa saja, bisa luar biasa, bisa menjadi hal yang terlupakan juga. Ini hanya tentang bagaimana kita menghargai setiap detik usaha yang banyak orang sebut sebagai perjuangan.

Mungkin orang melihat sebagai hal lumrah dan biasa, tapi kalau menurut ku setiap hasil ujian adalah pencapaian-pencapaian besar dalam hidup kita yang harus kita beri penghargaan. Memang benar, semua akan berkesan saat kita memaknai itu sebagai perjuangan. Meskipun hasil bukan lah ditangan kita, ekspektasi sering jauh dari realita, hasil kadang beda dengan usaha, namun ingat, paling tidak kita pernah berjuang mati-matian untuk mendapatkannya. Akhirnya dari sana akan terbentuk kesyukuran-kesyukuran yang lain atas hasil yang diberikan Tuhan, meski berbeda. 

Cita-cita, Cinta, karir, bisnis, keluarga, mau milih a atau b. Pasti akan melalui masalah juga. Sekilas prolog perjuanganku yang baru kumulai sejak bulan lalu. Bulan Juni ini aku memasuki BAB II skripsiku tentang Yahudi dan HAM. PErkara yang terdengar banyak dibahas, dan terlihat usang. NAmun apadaya, kita tak bisa memaksakan idealisme di detik2 terakhir perkuliahan kita. 

Perah semakin jelek keadaan semakin menarik. Karena itu merupakan ujian yang terbaik bagi seorang salekh.

W : Untuk menjadi sufi, dia tidak harus menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam artian sebagai tempat tinggal. Kalau begitu seorang sufi bisa hidup di tengah dunia yang penuh kemaksiatan seperti sekarang ?

SIMBAH : Bisa, kenapa tidak. Wong masuk dolly aja bisa kok. Di sana minum teh sambil duduk-duduk. Lalu merokok, kan tidak masalah.

W : Berarti ada sebagian nilai yang dikorbankan ?

SIMBAH : Nilai yang mana ?

W : Seperti melihat wanita-wanita setengah telanjang ?

SIMBAH : Kalau melihatnya tidak dengan nafsu. Kalau melihatnya dengan penuh kasih sayang, wah sak akene arek iku rek. Kenapa ? Yang membuat zina mata itu kan orang ngacengan. Kalau Anda melihat wanita bukan sebagai wanita, tetapi sebagai hamba Allah,kan tidak masalah. Unsur wanitanya tidak dominan lagi sehingga tidak terangsang sebagai laki-laki, kenapa ? Ndak usah sufilah, orang Islam itu seharusnya menjadi laki-laki hanya dengan istrinya saja. Begitu di luar, dia manusia, hamba Allah.

W : Artinya seorang sufi tidak harus mengasingkan diri ?

SIMBAH : Mengasingkan diri ya boleh, tidak pun ya boleh. Terserah. Kalau jare wong Jowo ada topo nyepi ada topo ngrame. Topo nyepi itu dengan cara hidup di gunug, kalau topo ngrame itu ya srawung di tengah orang banyak.

W : Tapi sebagian orang memahami sufi itu kan harus mengasingkan diri ?

SIMBAH : Ya terserah orang memahami. Kalau mau meneruskan kekeliruannya ya monggo. Kalau mau ingin lebih bener ya monggo. Sufi itu orang yang mampu berjalan menembus air tanpa basah, menembus api tanpa kebakaran. Sufi itu orang yang berani di tengah kemaksiatan tapi dia tidak melakukan maksiat. Itu sufi yang ampuh. Kalau poso karena memang gak ono panganan, yo opo angele wong memang gak ono sing dipangan. Kalau masyarakat sudah banyak yang sholat dan berakhlak, lalu banyak orang sufi ya tidak heran. Tapi kalau di tengah dunia yang penuh kemaksiatan masih ada sufi, itu berarti sufi yang bener-bener.

W : Kalau seorang sufi berada di tengah kemaksiatan, apakah dia tidak mengorbankan sebagian nilainya untuk bisa diterima masyarakat ?

SIMBAH : Sufi tidak punya pamrih untuk diterima orang. Lapo urusane, nggak ada urusannya. Urusan dia cuman satu, diterima Allah. Kalau tidak diterima Allah, baru dia njembling-njembling. Semakin tidak diterima masyarakat, sebenarnya biasanya semakin bagus. Jadi dia tidak boleh gelisah kalau dia dibuang, dicampakkan. Malah itu akan meningkatkan kesufian seseorang. Tasawuf itu bukan karir kebudayaan, bukan karir politik.

W : Kaitannya dengan kewajiban untuk dakwah ?

SIMBAH : Ya itu dakwahnya. Dakwahnya adalah konsistensi untuk lillah ta’ala. Dakwah itu tidak harus ngandani ngene lho rek, koen ojo nyolong. Dakwah yang terbaik adalah uswatun hasanah. Dia sudah memberi teladan yang baik bahwa segala sesuatunya hanya berorientasi untuk Allah. Ngomong gak ngomong nilai dakwahnya sangat tinggi.

W : Banyak tokoh sufi yang menjalani hidup dengan cara menjauhkan diri dari kehidupan dunia, menjadi seorang miskin yang hidup mengembara. Benarkah ?

SIMBAH : Sing ngarani iku sopo. Sufi itu tidak terikat oleh kekayaan dan kemiskinan. Sugih gak sugih gak masalah. Sunan Kalijogo sugih, Sunan Kudus sugih, semua wali sugih kabeh. Sunan Ampel sugih. Yak opo kate gak sugih wong Gusti Allah sayang. Melarato gak kekurangan. Kalaupun melarat yang ditandai dengan rumahnya jelek, tapi dia butuh apa saja bisa datang sendiri kok. Seorang sufi tidak boleh terikat oleh dunia. Kalau terikat dunia, itu namanya hubbudunya. Makanya seorang sufi tidak boleh mencalonkan diri menjadi seorang pemimpin, apalagi seorang presiden.

W : Meskipun itu dipahami dalam kerangka sebagai tanggungjawab untuk membina umat ?

SIMBAH : Seorang sufi tidak boleh mencalonkan diri. Tapi kalau dia diperintah oleh Allah, dia tidak boleh menolak. Di dalam hati seorang sufi tidak boleh ada niat untuk mencalonkan diri. Kalau Allah memerintah Anda untuk menjadi panglima perang, ya tidak bisa menolak.

W : Bagaimana dengan politik ?

SIMBAH : Ndak masalah.

Simbah Ainun Nadjib
Lama sekali tak membuka dan mengisi halaman hitam ini, rasanay semua isi hati singkat saja tercurah pada sosial sosial media yang hanya berisikan 140 karakter saja. Atau tulisan hanya menjadi kepuasan dinilai orang, disukai orang, dihargai orang dengan berbagai hikmah dan keanehan didalamnya. Namun tidak betah ternyata untukku. Sejak kecil aku suka membaca, membaca tulisan di papan warung, tulisan di papan iklan, hingga dunia mengajarkanku membaca tulisan di layar kecil canggih yang bisa menyampaikan isi hati nenekku nun jauh di ujung pulau jawa ini.

Hows your life cha? Quite fine. SOmetimes we fall, sometimes we fly. We dont have to prepare for flying, but we should prepare the mental when falling. Are falling always wrong? No. Katanya hidup cuma mampir, aku sudah mampir hampi 21 tahun berjalan. Terasa singkat jika melihat apa saja yang sudah kuperbuat, karena belum ada apa-apa. Terasa lama, jika yang teringat adalah dosa-dosa yang sudah banyak diperbuat. Sampai umur di kepala dua ini, aku sellau bermain dengan fikiranku sendiri, tentang keinginan, tentang cara pandang, juga tentang perasaan. Aku tak banyak bertengkar, tapi aku banyak mengecewakan orang. Kontradiksi antara fikiranku yang emrasa sudah benar, seringkali berbeda dnegan pandangan orang dan sebagainya. Sampai aku berkesimpulan bahwa, kita tidak perlu lagi menganggap anggapan orang itu penting.


4 tahun aku kuliah hampir berakhir, 20 mimpi balas dendamku 4 tahun yang lalu hampir 60% tercapai. tidak terduga. Seringkali mereka datang tanpa usaha lebih, danpa diminta lebih, dan tanpa keinginan lebih. Alhamdulillah. CUma itu yang bisa diucap.

Mendekati pergantian fase, atau pengakhiran satu tingkat yaitu masa kuliah, target-target selanjutnya mulai terbayang. Mau seperti apa, ingin jadi apa, harus melakukan apa. Namun diri rasanya masih enggan untuk beranjak dari zona nyaman. fyuh.

Bagiku kesedihanku adalah milikku sendiri. Dan kegembiraanku adalah hak orang banyak. Itulah mengapa, aku tidak suka curhat macam-macam. meluapkan masalah, ataupun mengeluh karena tidak kuat. Ya sebisaku ku minimalisir. Karena media kini semakin canggih membaca berbagai isihati orang. Bahkan hanya lewat satu kata. Mari kita gunakan sosial media untuk saling memeberitahu dan berbagi kebahagiaan, bukan untuk menularkan kesedihan dan penyesalan.

Aku mencintai orang-orang disekelilingku. KArena tanpa mereka aku takkan terbentuk seperti ini. Meskipun ada yang datang dan pergi. Ada yang tinggal ada yang hilang. Ada yang bertahan ada yang meninggalkan. Namun they come for many reason. Semua pertemuan memberi hikmah, karena tanpa kuasaNya kita takkan bertemu.

Aku ingin seperti lintang, yang mencintai Arai dengan segenap jiwanya. Yang membanggakan Mahar dengan seluruh kehidupannya. AKu ingin mencintai teman-temanku lebih dari mencintai diriku sendiri. Karena bersama mereka pula aku berjuang belajar memahami mengapa matahari sering bersinar lama, atau mengapa hujan tak kunjung reda.

Hows your life Cha?
Fine. So far, FIne.
AKu sedang mengetik di pojok ruang perpustakaan gedung anggota dewan bangsa ini. Yang tiap hari ramai, disoroti media menjadi lawakan tv. Seharusnya aku bisa mengetik sesuatu yang lebih berarti ketimbang ini, namun lagi-lagi malas menggerogoti. Cukupkan sudah waktu kerja sampai akhir bulan ini. karena tak sanggup kerja seperti PNS tiap pagi.



Karena memang benar,
Allah jadikan dunia ini menjemukan,penuh tipu muslihat, penuh ketidakkonsistenan manusia.
Karena ia ingin kembalikan kita semua untuk menjadikanNya satu-satunya sandaran terkuat untuk hidup. Banyak orang yang percaya lalu kecewa, banyak orang yang teguh lalu kemudian goyah, banyak orang yang kuat kemudian lemah, manusia terus berubah-ubah.
Tak henti.
Entah itu fikiran, kputusan, prinsip, bahkan hati.
Tak ada yang sama sekali bisa kita sandarkan kuat kepada manusia. Apalagi hanya satu manusia. Karena mereka fana. Bisa hilang. Bisa hilang sikapnya, perasaannya, dan kepentingannya juga jasadnya. Begitu dahsyatkah setan berhasil menggoyahkan ribuan hati untuk tidak tenang?
Hingga mudah terombang-ambing oleh godaan-godaan mewah namun menjijikkan.
Kita tidak bisa sama sekali menyebut siapa yang kita bicarakan sekarang.
 Karena siapa tahu, penulis sendirilah orangnya.
Hanya dari manusia aku banyak belajar.
Merekalah makhluk paling fleksible di dunia.
Apakah mungkin karena anugrah akal dan nafsunya, sehingga mereka secara bergiliran mendominasi jasad dan ruh. 

Bukan kumengajari untuk tidak berprasangka baik terhadap seseorang. Hanya ingin mencoba mengerti sifat kelabilan manusia yang unik ini. Makanya benar, tak bisa kita menghakimi orang yang brpeci itu ahli surga dan berjeans ahli neraka. Karena jeans dan peci pun labil, bingung. Mana sebenarnya tempat yang layak untuk mereka.

Peci berkata: Hai jeans, kau itu kerjaannya maksiat terus. Tak pantaslah kau masuk surga.
Jeans menjawab: Sadarlah peci, neraka sudah merindukanmu, tak ada amal ibadahmu yang terhitung karena hangus dengan riyakmu yang dipakai kemana-mana.
Peci: setidaknya, tuanku tidak jadi masuk ke diskotik karena ingat sedang memakaiku.
Jeans: Jangan mudah menghakimi dengan mata dan telinga. Krn hati tuanku sudah buta dan kebaldengan lampu-lampu gemerlap diskotik. tak tergoda sedikitpun. 


Dalam egonya masing-masing pun, keduanya masih taat menghamba pada Allah dengan jalannya masing-masing. 

Jangan bangga dengan ketaatan,karena tak ada yang tahu kapan kita tergoda.
Jangan putus asa dengan kezoliman seseorang karena tak ada yang tahu dia sebenarnya lebih baik dari kita.