AKhirnya sampai pula aku di penghujung atahun perjalanan ilmuku di jenjang menengah ke atas ini. satu langkah lagi untuk menuju dunia bebas,, dunia luas, dan dunia yang sebenarnya kejam ini. Niat awal kerasku ingin Ke Mesir memang sangat bertolak belakang dengan realita kehidupanku, yang berjalan di jalan science (IPA). tapi entah kenapa bibirku tak bisa berhenti mengucapkan harapan itu di setiap tafakuurku,,Langkah awalku ikut ekshool tahfiz, di awal tahunku disini, Teringat janji kecilku kepada Mabh Uti, saat setelah beliau menceritakan begitu mulyanya matinya seorang hafidzoh, "YAw dah, Mbah ntar Uca mau jadi Hafidzoh ah! biar mayatnya gak ancur kayak di cerita mbah uti" janji anak kecil yang sepele memang, tapi ku yakin, itu tidak sepele untuk mbah utiku. sebenarnay aku tak tahu beliau masih ingat atau tidak. tapi, ada kemantapan dalam hatiku kalua aku akan emwujudkannya untuk hadiah kepadanya. disitulah yang memotivasiku untuk tetap bertahan di ekschool ini. tapi ternyata itu kandas di tengah jalan karena keteteranku dengan pelajaran. (tepatnya dengan kegiatan-kegiatan di tempaat ini yang luar biasa padatnya jg)tangisan mengiringiku melepas mushaf mulya dr ingatanku itu.
Banyak masukan yang mendukungku untu terus melawan arus, yaotu terus menghafal dan tetap di jalan IPA ini, tp mereka tak faham apa yang selama ini aku rasakan, aku tak begitu kuat untuk terus bisa menyeimbangkan itu semua untuk jangka waktu yg lama, yang terjadi adalah, salah satu dr hal itu akan jatuh. aku hanya bisa dominan dlaam satu hal, dan yang lain akan terlalaikan. mungkin jika itu hal sepele tak apalah, tapi ini adalah mushaf keramat yang perjuangannya banyak mengorbankan darah para auliya' ahli syurga dan para anbiya'.... tak bisa ditinggalkan dengan seenaknya.Begitu sakit rasanya saat tersitanya banyak waktuku untuk mengerjakan puluhan soal angka-angka, sampai-sampai tidak bisa mengulang taqrir surat An-Naba' ku.
Sampai akhir perjalananku di pondok ini, relalita-tetap-realita. Tuhan akan selalu mengabulkan doa mu,,,,bisa pada waktunya, bisa juga digantiii dengan yang lebih baik untuk kita. Bismillahirrahmanirrahim,, aku ikuti jalanku tanpa melawan arus. Niat awalku masuk UI Komunikasi, terhapus oleh semangatku ke ITB (Insitut Teknologi Bandung)
Ribuan barel minyak dijual, ratusan gunung emas diobral, ase-aset negara diperdagangkan, pluhan juta orang pengangguran, dan sudah puluhan tahun masalah korupsi ini diperbincangkan. Korupsi yang sudah tidak asing lagi ditelinga bangsa Indonesia ini, memnag telah membudidaya dan menjangkit ke semua level masyarakat. Dari ulai pedagang, karyawan, polisi, dan tak kalah para pejabat-pejabat tinggi kta yang terhormay pun tak luput terjangkit virus mematikan ini. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari kasus-kasus satu tahun ini dari mulai Antasari Azhar, Bibit Chandra, Bank Century yang tak berujung, kasus Gayus Tambunan, bahkan Gurita Cikeas pun ikut berkemelut dengan asiknya problematik korupsi yang muncul di satu tahun belakangan ini.
Ironi sekali memang. Beruntung kita memiliki aparat-aparat pemerintah seperti KPK yang sigap dan lncah menyelidik dan mengungkap kasus-kasus penggelaan dana atau KKN dan semacamnya. Hingga pada tahun 2010 ini Indonesia turun satu peringat Negara Ter Korup Sedunia menurut Lembaga Transparency Intenational yang berpusat di Berlin, setelah 4 tahun yang lalu menduduki peringkat ke 6, yang sekarang diduduki oleh Kenya. Apakah ini suatu hal yang bisa dibanggakan bagi rakyat Indonesia? Apakah tu suatu prestasi tingkat dunia? Jelas tidak.
Untuk sekilas ingatan di masa lalu, pemerinah orde baru pernah menciptakan suatu sisyem engajaran yang menitik beratkan pada pendidikan moral . Namun, pada awal reformasi semua kebusukan orde baru terbongkar. Dan semua orang berkata, “Lihat pemerintah kita! Mereka menjejali kita dnegan pendidikan moral namun mereka sendiri sebagian besar tidak bermoral!” Dengan tindakan tidak bermoral itu tak lain yaitu KORUPSI, KOLUSI, NEPOTISME (KKN), Korupsi yang artinya sudah jelas yaitu menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri), kolusi yang artinya kerjasama buruk antar pejabat dan pengusaha yang berakibat merugikan negara, sednag nepotism yang berarti tindakan mengutamakan anggota keluarga sendiri dalam posisi penting peerintahan. Sampai sampai semua tindakan tak bermoral itu menimbulkan gerakan besar rakyat dan mahasiswa, yang disebut sebagai gerakan REFORMASI pada bulan Mei 1998. Gerakan perubahan masyarakat Indonesia melawan korupsi itu benr-benar hasil penorbanan generasi muda Indonesia. Mereka berani mengadu nyawa, menduduki gedung DPR dan ke istana, menurunkan rezim koruptor.
Itulah masa dimulai mennjamurnya para koruptor sampai detik ini. Selidik demi selidik, latar belakang tindakan bejat mereka itu dipengauhi oleh 2 hal yaitu faktor internal dan externa.
Faktor externalnya antara lain:
1. Sistem lingkungan yang mendukung menjamurnya korupsi. Contohnya: jabatan, karir, kekuasaan dll.
2. Kebiasaan buruk seperti money politics yang sudah menjadi hal biasa.
3. Penilaiaan masyarakat yang lebih menghargaiorang yang kaya dari pada oran yang jujur dan berprestasi.
Faktor internal:
1. Mental dan spiritul yang lemah
2. Kurangnya keberanian dan kepercayaan diri untuk tetap JUJUR
3. Gaya hidup mewah dan konsumtif
Tindakan tercela itu terbukti bukan hanya merusak ekonomi, tetapi juga merusak nilai-nilai kejujuran yang ada pada bangsa ini. Oleh karena itu hanya ada satu cara menghentikannya , yaitu: Memulai kembali emmbangun kembali Indonesia dengan generasi bar yang ebrsih, bertanggungjawab dan bebeas korupsi, berikut ada lima langkah yang ahrus kta lakukan bersama-sama sebagai rakyat yang pedli akan bangsanya.
1. Benahi moral diri
Moral adalah benteng utama dalam menangkal kecenderungan melakukan perbuatan yang tidak baik dan modal dasar kta agar tetap berpegang teguh menjadi bangsa yang cerdas, bermoral, dan berakhlak bak.
2. Budayakan kejujuran
Kejujuran adalah suatu hal yang penting dan utama dalam menjaga keutuhan bangsa. Kejujuran adalah suatu tameng terhadap segala bentuk tindak korupsi.
3. Budayakan peduli pada masyarakat
Kepedulian etrhadap bangsa kita juga adalah hal penting, karena rasa itu bisa selalu mengingatkan kita. Pada saat keteguhan hati kita goyang oleh godaan korupsi rasa peduli itu menyentak hati kita agar tidak memnuhi keinginan pribadi diatas kepentinan bangsa-bangsa.
4. Menuntut ilmu yang setinggi-tinggi
Dengan menuntut ilmu setinggi-yingginya bisa menciptakan generasi cerds yang berakal dan mengerti etika-etika menjadi bangsa yang emmpunyai intelektualitas yang tinggi yang pastinya akan malu melakukan hal serendah itu.
5. Semangat nasionalisme bekerjasama membagun bangsa.
Semangat menyusun kembali tata nilai peradaban negara yang lebih kokoh dari sebelumnya/ membangkitkan citra Indonesia di mata dunia. Mengahpus ar mata Indonesia dari keterpurkan ekonomi dengan membentuk senyum Indnesia.