Ditengah resahnya teman-temanku yang ingin cepat lulus, di tengah galaunya mereka yang ingin segera menikah, adapula kecemasan-kecemasan pekerjaan yang semakin hari menuntut kami, mahasiswa tingkat akhir semakin pragmatis dan realistis. Tidak terasa sudah 48 bulan aku berada di suasana masa kampus, masa dimana aku bisa merasa paling sombong dengan title mahasiswa. Bulanan masih ditanggung orang tua, kritik sana kemari untuk pemerintah, posisi paling nyaman dari semua fase kehidupan, yang pernah aku jalani. Beberapa bulan yang lalu, ketika sema temanku mulai fokus dengan tugas akhirnya, aku masih bereforia, menikmati masa-masa terakhir sebagai aktifis kampus dengan puluhan acara. Namun kini, tidak berbeda dengan mereka, aku sedang duduk di depan laptop usangku di pojok perpustakaan yang dihuni kurang lebih 2 orang saja.

Rasanya kata " Akhirnya" adalah kata yang paling diinginkan dan dirindukan setiap orang dalam setiap tingkatan. Dulu mondok 3 tahun, detik-detik mendebarkan ada pada UN dan Ujian Nihai, "alhamdulillah lulus juga" muncullah kata-kata itu. 4 tahun setelah hari itu, lagi-lagi kami dihadapkan dengan namanya ujian, dan lagi-lagi menunggu kata sykur dan "akhirnya selesai juga". Ya semanya pasti berlalu. Bisa biasa-biasa saja, bisa luar biasa, bisa menjadi hal yang terlupakan juga. Ini hanya tentang bagaimana kita menghargai setiap detik usaha yang banyak orang sebut sebagai perjuangan.

Mungkin orang melihat sebagai hal lumrah dan biasa, tapi kalau menurut ku setiap hasil ujian adalah pencapaian-pencapaian besar dalam hidup kita yang harus kita beri penghargaan. Memang benar, semua akan berkesan saat kita memaknai itu sebagai perjuangan. Meskipun hasil bukan lah ditangan kita, ekspektasi sering jauh dari realita, hasil kadang beda dengan usaha, namun ingat, paling tidak kita pernah berjuang mati-matian untuk mendapatkannya. Akhirnya dari sana akan terbentuk kesyukuran-kesyukuran yang lain atas hasil yang diberikan Tuhan, meski berbeda. 

Cita-cita, Cinta, karir, bisnis, keluarga, mau milih a atau b. Pasti akan melalui masalah juga. Sekilas prolog perjuanganku yang baru kumulai sejak bulan lalu. Bulan Juni ini aku memasuki BAB II skripsiku tentang Yahudi dan HAM. PErkara yang terdengar banyak dibahas, dan terlihat usang. NAmun apadaya, kita tak bisa memaksakan idealisme di detik2 terakhir perkuliahan kita.