Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang haqiqi dalam hidup, ia tak kan berkurang saat kita memberi atau menyebarkannya. Dunia teus berkembang sesuai dengan seberapa besar ilmu pengetahuan yang diketahui manusia dari alam semesta ini. Inilah gunanya mengapa manusia diciptakan memiliki akal.

Pengetahuan-pengetahuan yang telah kita ketahui saat ini adalah hasil dari penelitian dan penemuan para pendahulu kita dari berbagai bidang. Para penemu terdahulu yang sering kita pelajari di buku muatan lokal di jenjang pendidikan dari tingkat paling dasar ke paling tinggi pun berlabel paten dimata dunia. Sebenarnya ada sebuah kebenaran yang sulit diungkap dan dipublikasikan dibalik itu semua.

Christoper Colombus, Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Louis Braile, siapa yang tak kenal mereka dibalik karya-karyanya yang diakui dunia dalam teknologi dan pengetahuan. Sejarah dunia mencatat dan mempatenkan teori-teori mereka, namun apakah kalian tahu? Jauh berpuluh-puluh abad sebelum lahirnya mereka peradaban islam telah berkembang pesat. Tepatnya pada abad ke-9, di kota Babilonia, yang sudah terang benderang jauh sebelum Thomas Alfa Edison menemukan lampu.

Apa perasaan kita saat kota Greenwich yang berada di London menjadi acuan waktu dunia, padahal jelas-jelas Ka’bah yang berada di Makkah adalah tepat 0o meredian pusat bumi, itu juga didukung oleh Syaikh Dr Yusuf al-Qaradhawi dan juga sejumlah pakar geologi Mesir seperti Dr Zaghlul Najjar, dosen ilmu bumi di Wales University di Inggris, serta Ir Yaseen Shaok, seorang saintis yang mempelopori jam Makkah, Abraj Al-Bait. Sungguh kenyataan yang membuat kita sakit hati sebenarnya. Pengakuan Christoper Colombus yang menemukan Benua Amerika pada tahun 1492, padahal Laksamana Muslim Ceng Ho dari Cina telah menemukan Amerika 70 tahun sebelumnya. Namun tak ada pengakuan apapun dan publikasi apapun tentang semua hal ini. Bahkan sempat juga fakta ini terlihat ditutup-tutupi dari publik.

Banyak lagi penemu dan para ilmuwan islam yang telah menemukan hal-hal baru jauh lebih dulu dari apa yang kita ketahui sekarang. Ali bin Ahmed Al-Amidi seorang ilmuwan tunanetra telah menemukan huruf braile 600 tahun sebelum Louise Braile, yang menemukannya pada tahun 1851. Leonardo Da Vinci yang terkenal dengan catatan fosil-fosil yang diindikasi menjadi asal dari cairan bumi, ternyata belajar dari terjemahan buku-buku islam ke dalam bahasa yunani, yang disusun oleh Ibnu Sina. Ini merupakan inti masalah yang jelas, bahwa peradaban islam mengalami kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan, pertanian, ekonomi, arsitektur bangunan jauh lebih dulu dari bangsa barat.

Lalu mengapa kita tak tahu? Mengapa ini semua ditutup-tutupi, mengapa mereka semua tidak diakui? Penemuan-penemuan atau teori baru tentang pengetahuan terlihat bersumber dari bangsa-bangsa barat. Padahal jelas-jelas mereka hanya meneruskan atau bahkan mengambil alih hak cipta dari para ilmuwan muslim.

Fakta-fakta ini juga penulis dapat dari kumpulan rubrik sufi di Republika ini. Ada satu argumen terbaru lagi, bahwa ternyata 90 % para penemu yang meraih nobel dunia berasal dari kaum Yahudi. Ini merupakan tamparan bagi kita, renungan bagi kita, untuk bisa meneruskan kemajuan pengetahuan dari ilmuwan-ilmuwan muslim terdahulu, agar dunia tahu, bahwa kita telah ditipu oleh sejarah.