Malam hari adalah salah satu keagungan Tuhan. Dalam sunyi, basanya manusia bertemu dengan kandungan-kandungan yang baik dalam nilai hidup. Malam hari biasanya menawarkan rumus kearifan dan keinsafan ilahiyah. 

"Idza dzukirallahu wajilat qulubuhum wa idza tuliyat 'alaihim ayatuhu zadat hum imanan.. "
Bila disebut nama Allah, tergetarlah hati mereka, dan bila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka. 

Markesot sendiri menangis. meneteskan air matanya. meskipun wajahnya tersenyum. 
Begitu usai berzikir bersama sehabis shalat Isya, Markesot berkata kepada para sahabatnya, "Kalian lihat itu dijalan ada Pakde, penjual nasi goreng. Berbicaralah kalian tentang dia.."

Suasana hening. Tak seorang pun membuka mulutnya. Mungkin karena belum mengerti persis apa yang dimaksud markesot yang kali ini memang berlaku agak serius.
"Kenapa tidak ada yang bicara?" ulangnya.
Suasana tetap diam.
"Setiap saat kalian adalah anak-anak muda yang riuh rendah berbicara, bahkan tentang hal-hal besar: politik, pemerintahan, birokrasi, hadits palsu, kemerosotan moral umat, Pancasila..."
Tetap belum ada suara.
"Apa yang dilakukan oleh Pakde si Penjual nasi goreng itu?"
"Menjual kacang.." jawab seorang pemuda.
"Ya. Apa itu?"
"Mencari nafkah..."
"Bagus. Kapan saja dia mencari Nafkah?"
"Tiap malam..."
"Berapa lama tiap malam dia mencari nafkah?"
"Hampir sepanjang malam"
"kemana saja dia sepanjang malam?"
"Keliling kampung-kampung..."
Untuk siapa dia menari nafkah?"
"Untuk anak-istrinya..", kemudian kata-kata Markesot tumpah seperti terjun, "Mencari nafkah untuk anak istri, berjalan menelusuri gang-gang kampung demi kampung. Siapakah diantara kalian yang mau melakukan hal seperti itu?"

Tak ada suara.

"Kalian semua ingin jadi orang besar. Ingin jadi pejabat atau setidak-tidaknya pegawai. Kalian semua ingin mencari uang dengan cara segamang-gampangnya untuk memperoleh hasil sebanyak-banyaknya. Kalian dengan sengaja mencari tempat yang kalian tahu akan menjebak kalian untuk melakukan korupsi-korupsi...

"Kalian pandaanglah wajah Pakde si penjual nasi goreng itu. Kalau dia maling, tak akan mau dia repot-repot semalam-malaman keliling kampung. Dia berjualan nasi goreng karena ingin makan dan memakani mulut anak-istrinya dengan keringat sendiri. Kalian pikirkanlah, apakah yang kalian minum, makan, selama ini adalah hasil keringat yang sah dari orang tua kalian?.

"Kalian renungkanlah siapa manusia yang lebih mulia dibanding orang yang hanya bersedia memakan hasil keringatnya sendiri, dan untuk itu dia bersedia bersusah payah berjualan sepanjang malammeskipun hanya akan memperoleh hasil 10/20 ribu rupiah.??

Pakde itu berjualan justru ketika malam tiba. Justru ketika orang berangkat beristirahat dan berangkat tidur. Dia berjualan dengan kaki tertatih-tatih, karena memiliki tawakal dan taqwa yang sangat tinggi terhadap kebaikan Allah. Dia sangat percaya bahwa Allah Maha adil. sehingga dipilihnya pekerjaan yang setiap dari kalian membayangkan pun tak mau. Dia tak memilih menjadi maling, perampok, atau pencopet. Dia adalah manusia yang mulia dihadapan Allah. 

"Pernahkah kalian bercita-cita memperoleh kemuliaan seperti itu? Yang lebih kalian cari bukanlah kebaikan, melaikan kekayaan. Yang lebih kalian buru bukanlah keluhuran, melainkan keenakan, kenyamanan. Dan pada posisi seperti itu, kalian selalu merasa tinggi derajat kalian dibanding dengan orang-orang kecil yang berjualan bakso, nasi goreng, kacang rebus,..

"Lihatlah pakde, Kenapa dia tidak sakit reumatik? Berapa kali dia masuk angin oleh angin malam? Kenapa dia jauh lebih sehat dibanding dengan famili-famili kalian yang kaya-kaya, yang macam-macam saja penyakitnya dan berplastik-plastik obatnya.

"Anak-anakku renungkanlah. Coba hitunglah kehidupan disekitarmu. Hitung pulalah dirimu sendiri. Temukan kemuliaan disekitarmu. Belajarlah membedakan mana kemuliaan dan mana kehinaan. Amatilah mana yang luhur, amna yang hina. Mana yang tinggi derajatnya dan mana yang rendah. Pakailah mata Allah sebagai ukuran..."

Suasana semakin hening.

*Disadur dari Buku Markesot karya MH. Ainun Nadjib halaman 328-331. Dengan beberapa perubahan.

Kembali diskusi pagi di kamar ini membuatku untuk kesekian kalinya terdiam. Setiap orang punya keinginan. Setiap orang punya ambisi. Tinggal bagaimana kita menyamakan ambisi dan keinginan kita dengan keinginan Tuhan. Bukan memaksakannya.

A: Seringkali apa yang kita inginkan sekali, itu tak pernah tercapai. Sdang yang kita biasa-biasa aja, malah tercapai dan nilainya hampir sama dengan apa yg kita inginkan
B: iya, hampir setiap orang sepertinya polanya hampir sama.
C: Iya, setuju, karena sebenarnya yang berhasil itu bukan yang paling rajin, bukan yang paling pintar, tapi yang PALING karena ALLAH.
A: Itu jleb sekali.
B: berarti aku ngerjain Skripsi juga gak usah hard banget ya, harus diluruskan karena Allah.
A: Nah boleh ka, aku juga masih belom nemu tuh, hikmah dibalik manjadda wajada. Karena dikehidupanku selama ini, hasil akhir selalu mengejutkan dan tidak bisa diperhitungkan -_-.

D: Ka berangkat duluan ya..
B: Mau kemana?
D: mau nonton debat mahasiswa..
A: Coba aja aku kemaren masuk final ya pasti kalian bisa jadi supporter...
C: Hush, gak boleh bilang gitu ka, hadits yang aku baca barusan, Hindari kata "lau" atau andai saja. Karena perkataan itu membuka pintu Syetan untuk mendekat. Didalamnya juga ada ketidakterimaan atas takdir Tuhan yang tersirat.
A: Oh, Astaghfirullah.. yayaa..

Semuanya kembali terdiam dan melakukan aktifitasnya masing-masing. Aku pun kembali menghadap laptop dan mulai menulis tulisan ini.

Bermimpi itu baik, tapi harus berpondasi. Jangan sampai membuat gedung setinggi-tingginya tanpa pondasi, karena jika itu dilakukan, saat ketinggian itu tak tercapai ia akan ambruk dan kembali ke tanah. Apa pondasi itu? Apa alasan setiap keinginan agar tidak ambruk ke tanah? Dia. Dialah satu-satunya yang berhak menjadi alasan. Karena Dia lah sumber dari segala sumber kehidupan setiap yang bisa bergerak.

Ikhlas itu kunci dari segala hal.
Dia bersembunyi dalam goa yang dalam dan juga sangat gelap
sampai-sampai saat kau sudah menemukannya,
kau sudah lupa sedang mencarinya...

Ini bukan dalam konteks keinginan dunia saja..
Saat kita mengikhlaskan sesuatu yang hakikatnya bukan milik kita,
saat kita mengikhlasakan mimpi-mimpi kita yang dibelokkan sedemikian indahnya oleh rencanaNya
Saat kita mengikhlaskan kebahagian untuk orang lain..
Tapi ia juga bermain untuk kehidupan baqa kita nanti..
Keikhlasan lah yang membawa pelacur bisa menikmati syurga karena memberi minum anjing
Keikhlasan juga yang telah membawa Imam Ghazali berada disyurga karena membiarkan seekor lalat hinggap di penanya dan sabar menunggunya hingga pergi..

Keikhlasan adalah saat mereka sendiri tidak merasakan bahwa itu adalah amal kebajikan...
Bahkan keikhlasan tidak bisa merasakan keikhlasan itu sendiri...
Itulah ilmu paling tinggi.


Syurga tidak semurah membunuh orang. Juga tidak semahal 2 tanda didahi. Ia bersemayang pada hati-hati yang tidak merasa memiliki.

Dingin yang menusuk membangunkanku..
Enggan rasanya kaki untuk beranjak dari kasur..
Namun kembali, hati tidak tenang, sejak mati sementara ini dimulai..
Tugas yang menggantung, juga ikrar diri dalam revolusi di awal tahun..
Ini baru 17 Muharram.. Jangan mau di kalahkan di garis start..

Purnama bulan sedikit demi sedikit memudar...
Namun cahayanya semakin cemerlang bersama gemerlap bintang yang semakin berani bersinar..
Konon, cahaya bintang adalah cahaya pantulan bintang yg hidup ribuan tahun yang lalu..
Dan ditakdirkan kini bisa dilihat oleh kedua mata titipan ini..
Keduanya hidup sepanjang malam, berzikir bersama makhluk-makhluknya yang sedikit..
Aku sangat terpikat dengan malam, 
namun seringkali jasad ini lebih berkuasa ketimbang jiwa dan ruh..
Malam itu penghidupan penduduk langit..
Disana ada kearifan-kearifan tersembunyi..
Disana ada kegelapan yang tenang..
Disana juga ada kesunyian yang menghanyutkan..

Tak terasa sayup-sayup ayat ilahi terdengar..
semakin lama semakin kencang..
semakin pula kucepatkan doaku, sebelum fajar datang...
Duh Gusti...
Rasanya tak elok, ku ceritakan semua yang harusnya untuk jenengan kpd orang lain..
Rasanya sangat tak pantas, anugrah nafas yang harusnya digunakan untuk mengabdi, aku salahgunakan...
Semua otot dan tulang pun lemas,


Lamar aku dari duniaMu ini Gusti..


Spt hujan yg kembali turun dg ribuan alasan moral, bukan hanya sekedar proses penguapan...
Seperti bumi yang kembali berotasi hari ini, dg ribuan alasan ketauhidan, bukan hanya sekedar hukum grafitasi..
seperti itu pula timbul dan hilangnya rasa, dengan ribuan alasan yang melenceng dari logika ..
begitu juga timbul dan tenggelamnya rasa hormat, dengan ribuan alasan yang jauh dari norma..
ada banyak hal immateri yang menyebabkan hukum sebab akibat yang jauh dari nilai normatif..

Sore ini aku kembali tersenyum, dengan alasan yang tidak biasanya membuatku tersenyum.
Karena senyumku selama ini bukanlah ketulusan..
karena senyumku selama ini murni kepalsuan atas kebahagiaan
Sore ini aku tersenyum karena bahagia yang beda dari biasanya..
Bahagia melihat seorang sosok yang kembali..
Sosok yang selalu diam dan menunduk..
sosok yang tak pernah berani mendekat, ataupun menatap..
Sosok yang dingin, beku, bahkan tak terbaca itu kembali.
Aku bahagia karena rasa hormatku kini kembali. Semoga tetap abadi.

Sore yang gerimis,
Fathullah, 15 November 2013
rasanya sudah hampir 3 bulan aku tidak menulis. Ya, terlalu banyak hal yang terjadi 3 bulan terakhir. Sampai-sampai ketika aku berniat menuliskannya, selalu urung krn harus menghadapi hal selanjutnya. Mungkin lebih menarik jika aku rangkum jadi satu kisah 3 bulan ini menjadi satu halaman. supaya singkat dan mudah diambil buahnya.

beberapa tahun terakhir aku memang masih merasa asik bermain sosial media, facebook, twitter, tapi tidak termasuk halaman ini. Sejujurnya, space yang halaman ini berikan memang lebih besar. tapi ruang interaksinya masih kalah dengan sosmed yang aku sebut barusan. Aku sangat bersyukur atas adanya produk modernisasi teknologi ini. karenanya, aku tidak harus bersusah-susah mengetahui berita dari ujung Indonesia terkini, aku tak perlu bersusah payah berdesak-desakkan mencari baju di pasar, dan tidak perlu repot-repot menemui seseorang hanya untuk menanyakan kabar. dengan melihat layar hologram berukuran, 4x5cm dan 20x18cm semua bisa dilakukan dengan mudah. Sempat terfikir olehku, mana yang bakal mendapat jatah surga lebih besar. Ahli ibadah 100 tahun atau Thomas Alfa Edison penemu lampu? Ahli fiqh atau Mark Zukerberg penemu Facebook?

Wah-wah, ini salah pertanyaannya ini. Mengutip sedikit apa yang sudah Pak Menteri Suryadharma Ali katakan pada peresmian gedung FISIP, senin (11/11)lalu.
 Ilmu agama dan Umum itu tidak boleh di-dikotomi-dikotomikan. 
itu berlaku dalam konteks keilmuan dan dunia proffesional. YAp! aku setuju! begitu juga dengan jatah di syurga! itu absolut hak Tuhan yang mengatur! Gak perlu makhluk kecil kayak kau ini ikut mengatur Cha! Okey. lets move. berbicara masalah absolut atau tidak. itu akan menarik tentang relativitas kebenaran. apa benar pendekatan post-positivist tentang ketiadaan absolut itu semakin banyak dipercaya? hingga dalam pedoman kehidupan-pun masih banyak yang meragukan sifat absolut kebenaran Tuhan? Nah, ini dia pokok masalah yang selama ini semakin mewabah. Relativitas kebenaran mungkin banyak bekerja dalam toleransi, saling menghargai pendapat, juga dalam kehidupan dalam keanekaragaman warna. Karena setiap kepercayaan tidak bisa mengabsolutkan dan membenarkan untuk kemudian mewajibkan secara umu, kecuali ada unsur kerelaan.

Teori kebebasan dan liberal yang mau tidak mau, dihindari atau tidak dihindari, akan selalu bersentuhan dengan kehidupan sosial mahasiswa UIN dan masyarakat Indonesia pada umumnya, kini menarik perhatianku. Pengaruh globalisasi, imperialisme modern, penjajahan nilai-nilai ketimuran, dan kolonialisasi budaya pelan-pelan telah menggerus bangsa ini. Nilai-nilai ketimuran mulai tergantikan dengan nilai-nilai barat. Kebebasan-kebebasan yang diatur kini mulai digeser dengan kebebasan tanpa patas, nilai-nilai demokrasi yang berkembang kini malah disalah artikan menjadi meng-egaliterkan semua kalangan.
Burung-burung punya hak asasi untuk terbang tinggi ke matahari,ia takkan melakukannya karena akan terbakar dan patuh pada tradisi Allah.Tapi banyak manusia yang lebih bodoh daripada Burung. -Cak Nun-
Itulah guna agama. Sama seperti langit untuk burung, sama seperti pantai untuk ikan. Batas-batas aman, bergerak bagi siapa yang mau berlindung didalamnya. Banyak yang merasa kebebasan berpakaian, berfikir, bertingkah itu tidak ada batasnya, banyak yang merasa kesetaraan-kesetaraan diatas segalanya, banyak yang menuhankan hak asasi manusia menjadi rujukan setiap penyimpangan. Anda bisa bayangkan bagaimana dunia 20-30 tahun lagi. Sudah tidak ada lagi perbedaan budaya timur dan barat. sudah tidak adalagi rasa hormat antara orang tua dan anak muda, sudah tidak adalagi moral-moral yang hidup di bumi Sang Maha Penguasa.
Ingat! Adil, Tidak harus SAMA!!!
Tugas guru dan murid itu berbeda, tugas muslim dan non-muslim juga berbeda, tugas PEREMPUAN dan LAKI-LAKI pun berbeda. Ini yang dari dulu masih menjadi tanda tanya besar di otak saya pada aktiivis-aktivis penjunjung feminisme. Kurang feminis apa Islam memulyakan wanita? Kurang adil seperti apa setiap makhluk disisi Allah, jika yang dilihat memang hanya tingkatan TAQWAnya? kalaupun mau meneriakkan emansipasi kaum perempuan itu sendiri, itu SALAH besar jika objeknya menyudutkan ISLAM. Tapi seharus pada budaya setiap bangsa.

  • Dalam Talmud, Menahoth 43b-44a tertulis bahwa "Seorang lelaki Yahudi diwajibkan membaca doa berikut setiap hari; 'Terimakasih Tuhan! karena tidak menjadikanku seorang kafir, atau seorang wanita atau budak belian'“
  • Yunani, pada masa Roman Empire nya banyak menjadikan perempuan menjadi tumbal dewa-dewa mereka.
  • Eropa pada zaman dark agesnya, menganggap wanita seperti binatang. digunakan dan diperjualbelikan dimana-mana. 
  • Indonesia, karena keterbelakangan peradabannya di kerajaan masih menjadikan perempuan bekerja di home sektor saja. 
Lalu apakah ayat mengulurkan jilbab, "Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS al-Ahzab [33]: 59)" ini terbaca Islam mengekang wanita? justru sebaliknya. Islam mengangkat tinggi harkat dan martabat kaum wanita, dengan MENJAGA mereka, bukan mengekang. 


berbicara masalah status wanita, yuk langsung nyambung ke peran suami-dan istri. dimana 70% wanita banyak mendapat pohon amalnya di kehidupan 1 atap bersama kerangka rusuknya ini.
"Kalau rembulan bersinar, air laut bergolak. kalau wanita memancar. lelaki berbangkit, bergolak, melonjak-lonjak. tetapi kemudian, samudralah yang menjadi Penyangga 'Arsy, lelakilah penyangga kehidupan mereka."

Seorang sahabat pernah mengatakan padaku, "menikah itu bukan karena butuh, Tapi karena Siap" lalu aku pun menambahkan dengan kalimat yang sebenarnya menantang jiwaku sendiri untuk benar-benar bisa mengamalkannya nanti "Menikah itu bukan karena nafsu, tapi karena Allah"
Setiap mempelai menikah atas nama Allah, pasti agar Allah selalu menjadi landasan dan tujuan. Sama seperti filosofi pedati dan sapi.
Suami-Istri itu ibarat pedati dan sapinya.
Siapa pedati, siapa sapi? Ya gantian. Giliran. Didalam persuami istrian masing-masing pihak harus mengembangkan kesanggupan untuk bukan hanya berperan ganda, melainkan behkkan multiperan. Terkadang suami jadi bapak, teman, partner dialog, atau bayi yang manja. Juga istri musti terkadang jadi ibu, kakak, adik, sahabat atau apa saja yang cocok sesuai dengan situasi psikologis masing-masing.
Kalau suami istri adlaah pedati dan sapi. siapa pengendaranya? dan apa yang diangkut oleh pedato yang diseret oleh sapi?
Pengendaranya adalah nilai-nilai dari Allah.
Yang dimuatnya adalah amal perbuatan mereka.
Kemana pedati itu bergerak? menuju rumah Allah di akhirat.
Asal Pengendaranya adalah nilai Allah, maka pedti insya Allah menyusuri Sirathal Mustaqim.
Yang diangkut di atas pedati mungkin adalah rumput-rumput segar batu bata yang kokoh, serta makanan dna minuman.. terkadang dalam rumput terdapat ular dan ulat. Terkadang dalam makanan dan minuman diperoleh secara kurang sah. tetapi setiap suami-istri akan berjuang untuk emmeberikan seluruh isi pedati sehingga sesuai dengan sang pengendara Sebab kalau tidak sang pengendara akan mengingalkannya.
Istri bukannya mengabdii pada suami, dan suami bukan mengabdi kepada istri--melainkan mereka bekerjasama mengabdi pada Allah -Cak Nun-
Suami memang presiden dari sebuah negara pernikahan. Tapi Istri adalah ruh dari kepemimpinan suami. Keduanya bekerjasama secara komplementer.  

Agak ngelantur ya, pembahasannya. awalnya apa akhirnya apa. ya, tapi paling tidak ini dulu pelajaran penting yang bisa diringkas. eits. ini lupa nggak termasuk event-event yang dilewati. dibawah aja ya galerinya ;)

13 Oktober 2013 Resmi jadi KADER PMII KOMFISIP haha setelah perebusan, penggemblengan, militer force selama 3 hari 2 malam, (seharusnya 4 hari) tapi karena telat jadi kena bully mulu nih! Ya, pokonya, saya baru benar-benar tidak meragukan lagi integritas dan kredibilitas organisasi Biru Kuning ini setelah PKD lah! 
Yang sebulan kemaren bingung nyari Ocha, kemana aja. Cari di ruang BEM! pasti ada! YAp, sejak 20 Sepember-18 Oktober kemaren aku dan para panitia yang extraordinary ini, sedang ibuk dengan event terbesar FISIP tahunan FISIPDAYS 2013. Acaranya sebulan nih, ada 12 lomba antar SMA dan mahasiswa se JAbodetabek+ Seminar kebangsaan+creative expo dan FESTIVAL. Ini jujur aku siang malem gak bisa tidur mikirin nih acara belom kelar-kelar. haha untungnya alhamdulillah. Acara lancar sampai akhir meskipun harus berhujan-hujannan dambil komat-kamis di hari_H festival! tapi itu gak seberapalah dibanding melihat kebahagiaan dan kebanggaan teman2 panitia atas acara ini! :) Dari organisasi dan panitia, banyak didapat pelajaran moral khususnya saling percaya, saling mengerti,d an saling berpegangan. :)


The Last Event ini adalah event yang gak pernah diduga-duga sebelumnya akan terjadi. Berawal dari 3 orang super sibuk yang sulit sekali bertemu untuk sekedar menggabungkan idenya menjadi persyaratan lomba, lalu kemudian bisa kian solid menuju Final Seleksi Debat Mahasiswa TV-One pada 7-9 Oktober 2013 lalu. dari event ini, semangat ke London sebagai hadiahnya benarbenar serasa 5 mm didepan dahi. Tapi karena salah ucap ekspektasi, akhirnya kami harus puas dengan hanya tampil di layar kaca Tv-One. Hiihiii.. :D