Maaf karena jarang, post. Aku juga tak yakin banyak yg membaca postku ini. Syukurlah, karena tak sedikit dari yg aku luapkan adalah emosi-emosi kecilku yg tak terluapkan lewat omongan saja. Dan itu sesuatu yang sangatlah tidak penting.

Aku ingin sedikit bercerita tentang beberapa kegiatan yang ikuti akhir-akhir ini. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang hangat menamparku satu persatu. Disini, aku tak ingin begitu formal, aku hanya ingin membagi berbagai nilai-nilai kehidupan yang patut menjadi renungan. Sehingga perlahan bisa membentuk diriku sendiri dan pembaca menjadi lebih menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan pembelajaran, ketimbang hasil yang didapat.

Aku ingin mengikutinya, dia pernah berkata, " Jangan biarkan apa yang ada di pikiran berlalu begitu saja"  
Cinta dan Masa Depan 

Mungkin beberapa orang melihat, melakukan hubungan atau biasa disebut "pacaran" remaja perempuan dan laki-laki sangat wajar. Toh, selama itu tidak melanggar syariat agama. Begitu katanya. Sms perhatian, saling mengingatkan ibadah, berkomunikasi dengan perasaan deg-deg-kan dan semua asam manis di dalamnya. Memang semua sangat manis dan menggiurkan. Apalagi jika memang keduanya punya prospek yang sama ke depan yaitu menikah. Yang ku lihat, ada beberapa orang yang menjadikan "cerita cintanya" sebagai prioritas dalam hidupnya. Namun, ada juga yang berpendapat lain. DI keluargaku sendiri, sebenarnya bukan hal yang tabu, namun tak pernah jadi pembicaraan. Loh, sama saja ya.

Aku bukan termasuk kaum ekstrimist yang membenci pacaran. Toh, selama itu masih dalam batas-batas aturan, ya gapapa. Eh tunggu, aturan yang mana nih? apa ada SOP islam yang membaahas tentang aturan-aturan yang didifferensialkan? Ah, mungkin aku saja yang cenderung cuek dan tak mau tau urusan orang lain.
Seringnya kita dengan gampang membikin-bikin hukum yang sudah ada, dengan memasukkan alasan-alasan logis yang bisa membuat dia menjadi semakin ringan beban hukumnya. :) Pahamkan?

Aku tak mau menafikkan diri, setiap manusia dianugerahi sifat mulya yaitu  "CINTA" . Dan tak mau menafikkan diri, bahwa aku pernah merasakannya. dengan segala asam manisnya. Namun, aku kembali terfikir bahwa masih banyak hal yang perlu mnjadi prioritas ketimbang perkara ini. Perbaikan diri, perbaikan otak, perbikan ibadah, perbaikan akhlak, perbaikan nilai, perbaikan fisik, perbaikan sosial, dan lain sebagainya. banyak orang yang berfikir bahwa Semua akan indah pada wakunya, namun cuku berat ternata menuggu "waktunya" itu. Kegelisahan yang ada, rasa kehilangan dan lain sebagainya tak henti-henti muncul. Namun, apa yang kau ragukan lagi dengan Sang Pejanji Terbaik??

Aku sempat bermimpi, punya kisah cinta seindah Fathimah dan Ali, pengorbanannya berat seberat Rasulullah dan Khadijah,   :) namun, kembali terfikir, siapa lah diriku yang ingin menjadi seperti mereka, apa yan telah kukorbankan? sudah seberapa sering aku  menangis? Sepertinya tak adil, jiga mimpi yg terlalu muluk, namun tak ada pengorbanan dan perbaikan dari diriku. Itulah mengapa, sekarang kugunakan semua ini, menjadi waktu prbaikan. Takdir memang harus dikejarm namun ia akan sangat lembut datang, saat kita biarkannya mengalir Sehingga akan banyak sekali cerita yang dbagi setelah ikatan halal terjalin. Akan banyak  sekali luapan perasaan yang tercuran pada saatnya nanti. Dsn akan lebih banyak lagi, kejutan-kejutan yan tak terfikirkan, nanti. Ingat, nanti.

Untukmu, disana. Doa dan harapan selalu teriring di lisan yang fakir ini..
Tak perlu kau balas doa ini, cukup Allah dengan segala skenario indahnya yang memeprtemukan kita kembali..nanti.. Di dunia ataupun di syurgaNya

Tujuan Hidup dan Pengabdian Diri

Kemarin, aku dan teman-temanku telah menyelenggarakan Konferensi Nasional FISIP se Indonesia yang dihadiri oleh 20 universitas seluruh Indonesia. Kerjakeras 8 bulan yang sangat terbayar. Entah sejak kapan aku mencintai organisasi Oh aku ingat, ya sejak SMP. sejak aku pernah menjadi Ketua OSIS SMPku kala itu. Mungkin beberapa orang berfikir, bahwa berorganisasi itu wasting time, tapi, aku suka me wasting waktunku dengan itu Gimana dong? :D Ya, satu yang aku pahami dari dulu, yaitu. BErtemu dengan teman-teman atau bersosialis itu membahagiakan.

Berjuang bersama, bekerja bersama, saling memarahi satu sama lain, saling membentak, saling tergesa-gesa, saling menasehati, saling berterimakasih, saling mengerti, hingga saling perhatian.  itu  adalah pengalaman dan pelajaran hidup yang tak bisa didapakan di kelas manapun. Nilai-nilai moral tak langsung mendidik kami disana. Sukses ataupun tidak bukanlah tujuan utama. tapi persaudaraan yang diciptakan, itulah yang penting untuk dibangun.

Bukan seberapa banyak yang sudah kita dapat, tapi sudah seberapa banyak yang sudah kita bagi. Kata-kata itu terus menjadi pedomanku,, untuk bekerja all out dalam suatu kegiatan, Tak jarang juga aku ucapkan rasa terimakasih kpd teman-temanku yang satu visi denganku Karena bekerja bersama-sama itu akan terasa lebih ringan. namun, kusadari sekali lagi, karena tipe-tipe manusia berbeda-beda dan juga perspektif yang berbeda pula. Sehingga jarang bisa aku pakasakan untuk bersatu. Tentang seberapa besar yang sudah kita bagi itu juga ada hubungan nya dengan kebermanfaatan diri.

Berbicara manfaat diri, akan juga langsung berkorelasi dengan batas. Batas waktu kita diberi kesempatan untuk saling berbagi dengan manusia lainnya. Batas bukan hanya nafas, tapi juga akal, kesehatan, dan nasib. Banyak hal yang tak terduga yang terjadi di luar sana, tanpa perhitungan yang masuk akal. Ini artinya apa, ini artinya bahwa Kuasa Allah itu lebih dari sekedar rencana manusia. itu yang harus dipahami, sehingga kita bisa menerima semua keputusan lebih lapang.

MUngkin pagi ini, itu saja yang bisa aku bagi. Semoga esok pagi aku bisa berbagi kembali..
Siap-siap pelajaran Statistika Senin. :)