Dingin yang menusuk membangunkanku..

Enggan rasanya kaki untuk beranjak dari kasur..
Namun kembali, hati tidak tenang, sejak mati sementara ini dimulai..
Tugas yang menggantung, juga ikrar diri dalam revolusi di awal tahun..
Ini baru 17 Muharram.. Jangan mau di kalahkan di garis start..

Purnama bulan sedikit demi sedikit memudar...
Namun cahayanya semakin cemerlang bersama gemerlap bintang yang semakin berani bersinar..
Konon, cahaya bintang adalah cahaya pantulan bintang yg hidup ribuan tahun yang lalu..
Dan ditakdirkan kini bisa dilihat oleh kedua mata titipan ini..
Keduanya hidup sepanjang malam, berzikir bersama makhluk-makhluknya yang sedikit..
Aku sangat terpikat dengan malam, 
namun seringkali jasad ini lebih berkuasa ketimbang jiwa dan ruh..
Malam itu penghidupan penduduk langit..
Disana ada kearifan-kearifan tersembunyi..
Disana ada kegelapan yang tenang..
Disana juga ada kesunyian yang menghanyutkan..

Tak terasa sayup-sayup ayat ilahi terdengar..
semakin lama semakin kencang..
semakin pula kucepatkan doaku, sebelum fajar datang...
Duh Gusti...
Rasanya tak elok, ku ceritakan semua yang harusnya untuk jenengan kpd orang lain..
Rasanya sangat tak pantas, anugrah nafas yang harusnya digunakan untuk mengabdi, aku salahgunakan...
Semua otot dan tulang pun lemas,


Lamar aku dari duniaMu ini Gusti..


Leave a Reply