Bismillah

Percuma
sudah pasrahkah sujud ini,
Jika kening dan kepala masih penuh kepongahan
Jika hidung dan bibir masih enggan mencium tanah
Jika tangan ini masih nyaman dalam balut sajadah
Jika lutut ini enggan sakit terkena kerikil lemah
Sudah pasrahkah sujud ini?
Jika lamanya hanya karena "biar dikira"
Jika khusyuknya hanya karena "ittiba' imam"
Jika fikiran masih melalangbuana.

Semua percuma
Percuma
Untuk  "biar dikira"
Krn yg dicari hanya ridlo manusia
Krn yg difikirkan hanya "apa yg akan mrk kira"

Aku terus sibuk memikirkan kulit
Kemudian lupa terhadap isi,
Aku terus sibuk memikirkan isi,
Kemudian lupa terhadap inti,
Aku terus sibuk dengan inti,
Kemudian aku lupa untuk mengenal MakrifatNya,
Aku terus sibuk mencoba mengenal makrifatnya,
Sedangkan aku lupa untuk bersatu dgNya.
Dan kini, aku masih sibuk bertanya dan meminta
Sedangkan aku kian lupa untuk membaca jawabannya

Semakin kufikirkan
Semakin kuhindari fikiran "biar dikira"
Semakin setiap amalan muncul pertanyaan "ini untuk. Apa"
Ah sudahlah,
Baiknya dilupakan saja
Baiknya tak usah difikirkan untuk dihindari,
Tp baiknya dijauhi untuk difikirkan,
Krn ia menguras semua prasangka..
Izinkanku terus merasa sesat dalam jalan yg benar meskipun kuragu, apakah jalanku sudah benar
Izinkanku terus merasa sesat untuk mencari jalanmu..
Dan sadarkanku jika merasa benar di jalan yg sesat.

Malam 21Ramadhan 1434 H

Yang berjas hitam

Yang berjas hitam..
Yg bersarung hitam..
Yg menghadap barat
Dengan menekuk tubuhnya 90o

Jas hitam itu menggelayutiku,
Menggambarkan kecakapan hamba menghadap Penciptanya..
Melukiskan ritual itu bukan lah senam badan yg hampa
Menjelaskan ia akan bertemu Yang Maha Penting diatas segalanya..

Pak kades siap juga dengan jas hitam..
Katanya mau menyambut presiden yg datang ke desa
Begitu pula para punggawa"nya, rambut disisir rapi,sepatu mengkilat
Tak kalah dengan kilat sepatu para pejabat DPR yg kian menumpuk di baleho desa
Mereka siapkan mental dan psikis untuk menyambut orang nomor satu di negara ini.

Lalu bagaimanakah mereka menyambut Yang menciptakan orang nomor 1 dinegara ini?
Lalu bagaimanakah kecakapan mrk bersua 5kali sehari dg Yang menciptakan org nomor1 didunia ini?

Layaknya perlu direnungi lg, betapa masih by k Tuhan" yg memperkosa hati kita saat melafazkan tahlil
Msih banyak Tuhan" yg nyatanya lebih dihormati dan dijunjung kehadirannya ketimbang Sang Esa itu..
Masih byk Tuhan" yg nyatanya lebih kita pilih untuk berlama" ketimbang Tuhan yg sudah menjanjikan pada kita ketenangan hati saat mengingatnya. Wallahua'lam bissowab

Malam 22 Ramadhan 1434 H

Siang Terik
Dalam siang yg terik
Kala matahari dengan cintanya menyengat
Tiba" aku teringat
Tentang perjalanan kita yg singkat namun nikmat
Tentang diamnya kita dalam sudut gemuruh yg keramat
Tentang hati yg diam" saling bermunajat

Saat itu..
 matapun yg tak pernah sanggup bertemu lama
mulut jg  tak bisa banyak bicara
Hanya saja raga  enggan cepat mengakhiri sua
Tunggu ragakah itu?
Apa sudah jiwa?
Ya jiwa kita telah satu
Dalam titian partikel usaha saksinya waktu

Apakabar sayang?
Mengapa gemuruh dalam dada ini masih ada?

Malam 23 Ramadhan 1434 H

Bulan
Bulan tak nampak, begitu juga sang bintang
Apa mungkin mereka turut berduka atas hati-hati yang kehilangan
Atas ruh-ruh yang kini terbang ke langit
Ataupun yang sedang berusaha keluar dari jasad-jasad yang rapuh
Ya Allah bha bihusnil khatimah...
Teruntuk Papa Saudaraku Vida..
dalam sejuknya kamis malam ini, dan keberkahan jumat esok
Semoga ruh dimudahkan dalam kesuksesan khusnul khotimah...
Semoga jiwa langsung bisa menemukan jalan pulang
Semoga jiwa" yang ditinggalakan pun bisa mencintaiNya melalui mencintai keputusanNya..
Lahumul faatehaah...


Dimana puncak perang?
Dimana?
Itukah engkau?
Benarkah itu engkau?
Atau hanya mataku yg rabun  ini yang mengada2?
Ah bukan.
Ternyata hanya bayanganmu
Ternyata aku hanya bisa menikmati secuil bayanganmu yang pergi.
Ternyata aku begitu lengah dengan kehadiranmu
Dengan masih sibuk memikirkan perutku
Haruskah kutunggu setahun lagi?
Masihkah ruh ini dipinjamkan?
Sesak dan sesal melihatmu pergi tanpa menengok
Jika dalam kata ini ersirat betapa ku berharap padaMu
Namun dalam setiap amalku masih belum bisa utuh padaMu
Maklumilah aku
Pahamilah aku,

"Sudah berapa tahun Kupahami kau!" KataMU
Ya, beginilah aku dengan ketidaksempurnaan rukukku
Beginilah aku dengan kelemahan tasyahudku

Aku masih sesat dalam kegelapan lampu-lampu masjid yang remang-remang
Tanpa melihat kehidirannya yang tak terasa, menyapa lembut dan memelukku dr belakang
Aku kian tak sadar pula Kau dengan segenap kegagahanMu terus memperhatikanku tiap detik dari arah Barat

Sedangkan aku, meski wajahku menghadapMu
Masih sibuk dengan kulitku
hingga sampai titik..
mengapa butir-butir tasbih kian cepat sampai ke pangkal..
Mengapa aku sulit mengeja asmaMu pelan-pelan,
Hanya ada tangisan karena penyesalan
Bukan tangisan dalam butir-butir asmamu
Hanya ada tangisan atas kesia-sia an sujudku,

Bukan tangisan akan kehadirannya dan kehadiranMu yang tak pernah Absen untukku di sudut Barat itu

Malam 24 Ramadhan 1434 H

Jatuh dari Kelapa

Debuk...
Suara tulang kering menyentuh tanah dari ketinggian 7 meter terdengar jelas ditelingaku...
Astaghfirullah...
Ternyata anak pondok yang jatuh dari kelapa
Bisa dibayangkan bagaimana rasanya?

Lutut dan belikat pun kelu untuk bergerak
Jangankan bangkit, digerakkan saja sudah tak ada rasa
segelas air putih meluncur dalam kerongkongannya
melewati jantung yang detaknya tak kian melambat

ia pun lumpuh mendadak..
dibawanya oleh keluarga ndalem pada dukun populer
sang dukun malah menyuruh membakar menyan dibawah kelapa
aku masih bingung apa maksudnya,
tp ternyata kami sudah merasa keberadaannya sejak hari" kebelakang

Sang santri pun lemah tak berdaya didipan
ditemani santri lainnya yang menunggui dengn kasih tanpa pamrih
ia terus mengeluh,,,
bukan karena kesakitan...
tapi sudah karena banyak merepotkan orang...
saat jatuh pun, ia masih cengengesan menjawab pertanyaan bu nyai yang sudah jantungan...

Sang penunggu dengan telaten menggendong, menyuapi, mendudukkan...
membuang kotoran, memandikan, hingga merapikan segala hal
hingga ia harus di rawat dirumah sang dukun beberapa hari,
temannya sesama santri terus menemani
menginap dalam penginapan dukun yang bau minyak dan menyan..
Kalau ada dipan(tempat tidur bambu) kosong ia tidur di dipan
kalau tidak ia tidur dilantai
satu kamar pun terdiri lebih dari 3 orang penderita gangguan tulang
Sungguh tulus benar pertolongan sang teman...
Tanpa ada harapan timbal balik dari yang berada di pembaringan...

Rumahnya di Sumatra
JAuh dari ujung pulau jawa..
Tak ada saudara, kerabat, ataupun kekasih...
Yang ada hanya penduduk kampung ini yang menyayanginya...
Motor dan mobil terus bertanang menjenguk
menanyakan kabar sang santri yang sudah umum dikenal oleh warga sekitar...

Kita hidup tak mungkin sendiri
hakikat tolong menolong tak akan pernah berhenti
BAnyak ketulusan di desa ini
Banyak pemberian tanpa harap balasan di ujung pulau jawa ini...
Tidak semua manusianya pandai agama...
Mungkin hanya disekittar pondok saja...
namun mereka semua mengerti saling berbagi kasih antar manusia...
sehingga tanpa ditanya seberapa dalam agama mereka
itu sudah tercermin dalam perilaku mereka antar sesama...

aku banyak belajar dari mereka
belajar tersenyum tulus
belajar menolong tanpa modus
belajar memberi tanpa berharap
belajar membalas lebih baik dr yang diberi
juga belajar menjadi bukan siapa-siapa.

Malam 25 Ramadhan 1434 H

Furqon
Kembali ke desa berarti kembali pada orang-orang dalam kenangan lama
kempali pada tempat-tempat singgah bersejarah
dan mengulang scene-scene yang selama ini dirindukan

Orang-orang yang kutemui sama
ada yang berubah drastis,
ada juga yang teteap sama seperti waktu kutinggal 5 tahun yang lalu

berpindah itu harus
bergerak itu wajib
jantung yang diam, tak akan bisa menggerakan ribuan sel dalam tubuh
jangankan jantung, elektron dalam atom pun selalu beredar mengitari proton
sama seperti bintang-bintang yang selalu tertarik mengitari matahari

Furqon
sebutlah namanya,
ia lebih memilih sendiri ketimbang ramai
lebih memilih berbeda ketimbang sama
lebih memilih sulit ketimbang gampang
lebih memilih minoritas, ketimbang mayoritas
lebih memilih menjadi akar ketimbang menjadi bunga
Lebih memilih menjadi paling bersinar dalam kebersamaan, drpd bersinar dengan sinar yang sama

mendengar berbagai keluh dan adu
membuatku semakin berfikir
sebaik apapun nasab
belum tentu nasib berpihak
semuanya tak semudah coretan mimpi diatas kertas

Orang sering berpresepsi
jarang menanyakan fakta
orang sering menilai, tanpa mau mengklarifikasi
sehingga orang sering mudah iri ketimbang sibuk mensyukuri nikmat sendiri
sehingga orang sering mudah sibuk dg keburukan orang lain
ketimbang sibuk menata rapuhnya diri

Dia itu Maha Adil.
Pembagi yang seadil-adilnya
semua pasti dapat jatahnya
tanpa harus dipinta
tinggal rasa syukur yang terus diasah,
untuk melatih tahu diri
dan mempercepat yang nikmat lainpun datang kembali.


 Malam 26 Ramadhan

Alifku bisu
Bisu
kelu
bahkan nyeri hanya untuk berkata alif
karena hati masih beku
untuk mengamal makna
meski hanya alif

sampah
yang cuma bisa berbau dan mengotori
bumi indahMu yang terlalu mulya untuk keberadaanku
diriku hanya sampah
yang terus mengaku tanpa membukti
yang terus merasa tanpa benarnya ada
sampah yang tak merasa dirinya sampah
sampah tengkorak yang masih jauh untuk mempunya ruh gagah
sampah daging yang hanya menempel untuk menghiasi tulang saja

Malam 27 Ramadhan 1434 H

Jika Kau Mencintai
jika kau mencintai sesuatu
kau akan menjadi budaknya
jika kau mencintai sesuatu
kau akan diuji olehnya
jika kau mencintai sesuatu
kau akan mengorbankan apapun deminya
jika kau mencintai sesuatu
kau tak kan pernah mau jauh darinya
jika kau mencintai sesuatu
kau takkan mau melukainya
jika kau mencintai sesuatu
kau akan menjadi pelayannya
jika kau mencintai sesuatu
kau tak akan mau berpaling memandangnya
jika kau mencintai sesuatu
kau akan bergetar saat menyebut namanya
jika kau mencintai sesuatu
berkhalwat adalah hal terindahmu dengannya
jika kau mencintai sesuatu
tak kan pernah kau melupakannya walau dalam tidur
jika kau mencintai sesuatu
senyumnya adalah nafasmu
jika kau mencintai sesuatu
marahnya adalah bencanamu
jika kau mencintai sesuatu
diamnya adalah keresahanmu
jika kau mencintai sesuatu
sapaannya adalah pelukan bagimu
jika kau mencintai sesuatu
panggilannya adalah detak jantungmu
jika kau mencintai sesuatu
ada-nya adalah hidup dan matimu

Selasa, Malam 28

Wahai Pemuda Penyelamat
Sosoknya sederhana, namun kharismatik
Sosoknya penggembala, namun jiwanya utusan
Sosoknya bersahaja, namun mata awam tak sanggup melihat sinar dari badannya
Sosoknya tak ada apa-apa dibanding besarnya kesombongan para musuh
Wahai Pemuda Penyelamat,
Bisa saja Kau pinta senangnya hidupmu
bahagianya keluargamu, mudahnya matimu...
Tapi kenapa Kau begitu cinta pada orang yang bahkan melihatmu pun tak pernah...
Mengapa kau begitu rela berkorban pada orang" yg kini kian byk mendustakanmu...
Mengapa kau mau bersakit-sakit demi kami yang tidak tahu terimakasih ini...
Mengapa?
Adakah janji Sang Pencipta untukmu yan begitu manis?
Ataukah inilah satu"nya misimu turun ke dunia yan terlalu kotor untuk Nurmu?
wahai nur yang tercipta bahkan sebelum langit dan bumi tercipta...
Jika lau diri yg papa ini masih pantas
ikut serta dalam rombongan kafilahmu
menyusuri padang tandus kelak
Izinkan aku menabung shalawat lebih lama lagi.
agar dia yang nanti akan keluar dari jasad yang busuk ini
akan gagah dan fasih menyebut namamu dan namaNya...
namun jika Dia hanya memberikan waktu sedikit lagi untukku
Sadarkanlah aku dalam setiap hembusan ini, untuk selalu menyebut namaNya dan Shalawat padamu..

Malam 29 Ramadhan 1434 H

Siap pura-pura kehilangan
Rasanya baru kemarin aku pura rindu padamu..
sekarang aku bersiap pura kehilanganmu juga...
Ya, banyak orang merindukan dan merasa kehilanganmu...
Padahal kau tetap disana dengan kegagahanmu...
kau tak pernah pergi dan berpaling dari kami tanpa perintah dariNya
Lalu apa yang mereka rindukan apa yg hilang sebenarnya?
Semangat kamilah yang hilang setelah ini,,,
Semangat untuk mencari ampunanNya...
Ya, kami lah yang hilang perlahan
hilang terpendam oleh nafsu" brutal kami.


Malam 30 Ramadhan 1434 H


Alhamdulillahirabbil alamin.




Leave a Reply