Kembali diskusi pagi di kamar ini membuatku untuk kesekian kalinya terdiam. Setiap orang punya keinginan. Setiap orang punya ambisi. Tinggal bagaimana kita menyamakan ambisi dan keinginan kita dengan keinginan Tuhan. Bukan memaksakannya.

A: Seringkali apa yang kita inginkan sekali, itu tak pernah tercapai. Sdang yang kita biasa-biasa aja, malah tercapai dan nilainya hampir sama dengan apa yg kita inginkan
B: iya, hampir setiap orang sepertinya polanya hampir sama.
C: Iya, setuju, karena sebenarnya yang berhasil itu bukan yang paling rajin, bukan yang paling pintar, tapi yang PALING karena ALLAH.
A: Itu jleb sekali.
B: berarti aku ngerjain Skripsi juga gak usah hard banget ya, harus diluruskan karena Allah.
A: Nah boleh ka, aku juga masih belom nemu tuh, hikmah dibalik manjadda wajada. Karena dikehidupanku selama ini, hasil akhir selalu mengejutkan dan tidak bisa diperhitungkan -_-.

D: Ka berangkat duluan ya..
B: Mau kemana?
D: mau nonton debat mahasiswa..
A: Coba aja aku kemaren masuk final ya pasti kalian bisa jadi supporter...
C: Hush, gak boleh bilang gitu ka, hadits yang aku baca barusan, Hindari kata "lau" atau andai saja. Karena perkataan itu membuka pintu Syetan untuk mendekat. Didalamnya juga ada ketidakterimaan atas takdir Tuhan yang tersirat.
A: Oh, Astaghfirullah.. yayaa..

Semuanya kembali terdiam dan melakukan aktifitasnya masing-masing. Aku pun kembali menghadap laptop dan mulai menulis tulisan ini.

Bermimpi itu baik, tapi harus berpondasi. Jangan sampai membuat gedung setinggi-tingginya tanpa pondasi, karena jika itu dilakukan, saat ketinggian itu tak tercapai ia akan ambruk dan kembali ke tanah. Apa pondasi itu? Apa alasan setiap keinginan agar tidak ambruk ke tanah? Dia. Dialah satu-satunya yang berhak menjadi alasan. Karena Dia lah sumber dari segala sumber kehidupan setiap yang bisa bergerak.

Ikhlas itu kunci dari segala hal.
Dia bersembunyi dalam goa yang dalam dan juga sangat gelap
sampai-sampai saat kau sudah menemukannya,
kau sudah lupa sedang mencarinya...

Ini bukan dalam konteks keinginan dunia saja..
Saat kita mengikhlaskan sesuatu yang hakikatnya bukan milik kita,
saat kita mengikhlasakan mimpi-mimpi kita yang dibelokkan sedemikian indahnya oleh rencanaNya
Saat kita mengikhlaskan kebahagian untuk orang lain..
Tapi ia juga bermain untuk kehidupan baqa kita nanti..
Keikhlasan lah yang membawa pelacur bisa menikmati syurga karena memberi minum anjing
Keikhlasan juga yang telah membawa Imam Ghazali berada disyurga karena membiarkan seekor lalat hinggap di penanya dan sabar menunggunya hingga pergi..

Keikhlasan adalah saat mereka sendiri tidak merasakan bahwa itu adalah amal kebajikan...
Bahkan keikhlasan tidak bisa merasakan keikhlasan itu sendiri...
Itulah ilmu paling tinggi.


Syurga tidak semurah membunuh orang. Juga tidak semahal 2 tanda didahi. Ia bersemayang pada hati-hati yang tidak merasa memiliki.

Leave a Reply