Blog, 12 Januari 2010


PEngalaman keren ini berawal dari acara “Launching Buku NEgri 5 MENara di GEdung Olahraga Darunnajah” Waw!! Kabar beredar buku best seller itu sih udah ku dengar dari sepekan yang lalu,,, tapi akupun belum membacanya sama sekali. Aku malas menjadi kelompok yang selalu update trend baru yang melakukannya scr bersama-sama. So, Malam akan ada launching bukunya. Siangnya, aku baru membeli buku itu di Bazar Pondok. Yah, gag nyambung aja gitu dengerin Launching buku tapi belum baca bukunya.
Acara malam, Acara berlangsung seru, para santri langsung excited karena basic cerita bukku itu sendiri pun sama dengan lingkungan kami yang pesantren yaitu Pondok Modern Gontor.BAhkan beberapa tokoh dalam buku itu sendiripun adalah ppimpinan pondok kami, yang alumnus GOntor. INi merupakan suatu Kebanggaan pastinya. Produk pesantren yang melejit dengan karya khas pesantrennya. Jujur aku baru baca ½ dari buku. TApi ketika ada season pertanyaan . tak tahu kenapa jari ini reflek tunjuk tangan, Oh GOD! BERANI SEKALI KAU NAK!” (bertanya dengan keadaan tdk menguasai tema dengan sanagt)
“Ehm,, Asslamualaikum! NAma saya Oecha dari kelas 5, Sebelumnya saya ingin member apresiasi kjepada buku ini. Karena secara kasar, saya lihat buku ini benar-benar mencakup buku-buku keren abad ini, seperti kisah tentang Boarding School, atau pondok yang hamper mirip dengan boarding school di hargwast _Harry Potter-red. Dan kisah perjuangan seseoranmg untuk hidup dalam lingkaran nuansa iislam yang khas, yang juga mewakili –Fahri-dalam ayat-ayat cinta). Sungguh buku yang luar biasa.KEmudian, yang akan saya tanyakan. Saya lihat Ustad Ahmad Fuadi, adalah orang yang sangat penuh motivasi dalam bekerja dan bermimpi. Apalagi dnegan mantra “MAnjadda Wa jadda” lalu bagaimana, cara kita mengobati rasa kecewa kita saat rencanadan mimpi kita tidak bisa tersampai?”

Aku pun mendapat tepuk tangan meriah entah karena apa. TApi kalau menurutku itu adalah sebuah pertsanyaan yang -0bukan buku banget<,, itu adalah pertanyaan psikologis. Ya, benar….TErnyata aku dapat pin atas hadiah pertanyaanku.
BErbulan-bulan berikutnya,,,,

Tiba-tiba aku ditunjuk untuk menjadi Art Director majalah pondok yang biasa disebut pioner,waw! Its great job! Iseng saja, setelang gabung friend Ahmad Fuadi dari facebook. Dengan Modal keberanian ala anak DN yang gmn gt! Aku kirim message ke Ahmad Fuadi, berencana untuk mengadakan interview untuk materi majalahku,,, TAnpa diduga-duga, beliau sangat welcome dan lamgsung member kan Alamat dan nmr Telp.
Yaks, tanpa piker panjang,,, kami tim PIONER,,, berangkat menuju rumahgnya,, untuk interview,,,

Inialh hasil Interview kami,,,yang bsekaligus jadi rubric utama di majalah “PIONER DARUNNAJAH 2009”

Ahmad Fuadi, Tokoh Sederhana di Balik Negeri 5 Menara




Alif, Baso, Said, Raja, Atang, dan Dulmajid. Ada yang inget gak? Dengan 6 tokoh karakter di atas? Pastinya Felixer udah tau semua dong? Kisah Negri 5 Menara yang booming bukan hanya di kalangan santri saja, tapi di semua kalangan. Karena dahsyatnya cerita dari Sohibul Menaranya. Novel yang menceritakan tentang seluk beluk Pondok Pesantren yang sederhana dengan mengulas kisah persahabatan Sohibul Menara yang diselingi guyonan ringan dan pesan-pesan moral ini, mampu membuat tokoh-tokoh terkenal seperti B.J Habibie, Andy F Noya (host acara Kick Andy), Riri Riza (pembuat film) dan Kak Seto begitu interest dan angkat bicara mengenai isi buku tersebut.
Pada rubrik kali ini, kami akan mengulas habis tentang Sang Tokoh Sederhana dibalik pembuatan novel ini, Ahmad Fuadi.
Sore hari, pada tanggal 15.30 WIB tim reporter Felix mendatangi kediaman Ust. Ahmad Fuadi yang di Bintaro. Kami pun mendapat sambutan hangat dari beliau. Ini sedikit cuplikan wawancarara dengan Ust. Ahmad Fuadi.


F : " Lagi sibuk apa nih Ustad?"
A : " Kemarin saya sempat jadi Direktur Komunikasi NGO The Nature Conservacy yang pusatnya di Amerika, tapi ada cabang di Indonesia. Hanya saja sudah berhenti di awal Januari kemarin. Sekarang saya lagi sibuk menulis aja, persiapan novel kedua dan rilis film Negri 5 Menara. Disamping itu, saya ingin membuat Komunitas Menara sebuah organisasi sosial yang bertujuan menyediakan sarana-sarana sekolah, perpustakaan,dll untuk masyarakat yang tidak mampu. Doakan saja.”
F : " Setelah kami baca biografi Ustad, kami agak penasaran. Bagaimana cara Ustad bisa masuk jurusan Hubungan Internasional UNDIP Bandung, dengan title lulusan Gontor yang pada waktu itu ijazahnya belum di akui?”
A : " Memang, tapi, sekarang ijazah Gontor sudah di akui..Jadi gini, perjuangannya. Saya lulus Gontor yang tdk mempunyai ijazah yang di akui dalam negri, jadi saya mengikuti ujian Persamaan. Saingannya banyak sekali dari SMA-SMA lain dan tantangan bagi saya adalah pada saat itu teman teman saya di luar sudah kuliah. Karena saya masuk intensif di Gontoir, jadi telat setahun. Lalu saya keliling ke teman2 smp untuk mengumpulkan buku2 SMA mereka dr kls 1 s/ kelas 3. Sampai terkumpul. Jadi pekerjaan saya sahirul lail membaca buku pelajaran dari kelsa 1/ kls 3. dg kembali ke man jadda wa jada alhamdulillah dlm kurun waktu 1/2 bulan saya bisaa menyelesaikan buku2 tersebut dan alhamdulillah saya lulus test meskipun sempat nervous.”

F : " Apa sih motto Ustad dalam menggapai sesuatu s/d berhasil?"

(buku asli Ahmad Fuadi kelas pertama)
A : " Kembali lagi ke MAN JADDA WA JADA. Dengan pengalaman waktu ujian UMPTN tadi. Dengan doa dan dukungan orang tua jg pastinya. Alhamdulillah berhasil”

F :" Apa sih kunci keberhasilan Ustad?"
A :" Kunci keberhasilan saya ada 4, yang pertama Niat walaupun saya dipaksa untuk masuk pondok saya coba untuk menikmati menerima apa yg ada. Ga' usah liat kurangnya. Niat adalah bekal utama. Kunci yang ke2 bekerja di atas rata2, untuk menjadi berhasil dan menjadi yang terbaik dengan bekerja keras, belajar lebih rajin, lebih giat, lebih soleh, lebih dari yg lain. Kunci yang ke3, berdoa. Berdoa adalah kekuatan kita untuk mencapai sesuatu. Dan yang ke 4 adl: cara memilih teman. Kalo kita berteman dengan tukang minyak wangi, pasti kita akan terciprat wanginya, jadi pilih lah teman yang baik, pintar, ijtihad, soleh agar kita bs termasuk ke golongan mereka jg. Tapi itu, bukan bermaksud untuk pilih2.”
F :" Ngomong2 soal temen, ustad pastinya pernah dong, slek and ada masalah ama temen atau sohibul menara?”
A ;" Ya pernah, teman itu berpengaruh sekali dlm kehidupan kita di pondok. Waktu itu saya sempat punya masalah dengan seorang teman. Lalu saya kasih tau, "eh, ada meeting di kelas!" padahal tidak ada. Saya sengaja untuk mengajak dia ke kelas agar kami bisa bicara berdua untuk sharing. Setelah itu saya bertanya, " Sebetulnya masalah anta apa dengan saya?" nah, disitu kita bisa saling sharing, terbuka, dan koreksi kesalahan masing-masing. Nah dengan cara itu kami lebih bisa menyelesaikan masalah dari pada terus menerus dipendam. Kalau dengan Sohibul Menara ya sering tapi, kadang gak lama, sudah baikan lagi.”

F :" Ustad masih sering berhubungan gak dengan Sohibul Menara yang lain?"
A :" Sekitar 2 bulan yang lalu, kami sempat reuni di rumah saya, dan sebelum pembuatan Novel ini. Kami juga saling berhubungan untuk mengingat kembali memori2 di pondok sebagai inspirasi atau kerangka pembuatan novel ini.”
F :" Pernah gak Ustad diremehin orang karena notabene-nya ustad seorang santri dan lulusan pondok?”
A :" Pasti pernah, tapi, itu semua tidakk membuat saya putus asa. Malah sebaliknya, itu semua adalah tantangan bagi saya untuk mencapai keberhasilan. So, jangan marah kalau diremehin orang lain, tinggal buktikan saja kemampuan kita untuk membuat orang yang mengejek kita takjub dan diam.”


F :" Pesan2 buat temen2 di Darunnajah apa nih Ustad?"
A :" Berupayalah mencapai keinginan dengan semua keterbatasan di pesantren. Jangan liat keterbatasan, tapi, lihatlah potensi yang sanagt luas. Anak SMA, ruang gerak mereka memang luas, dan fasilitas pun tidak terbatas, tapi mereka tidak akan mendapatkan sesuatu yang kita dapatkan dipondok seperti ketrampilan berbahasa arab dan pengetahuan ilmu agama yang luas. Kenapa Tonny Blair berkunjung ke Darunnajah? Kenapa tidak ke SMA-SMA favorit lainnya. Karena, pendidikan di pondok pesantren lebih menyeluruh dan santri-santrinya punya lifeskill yg berdasar pada pendidikan non-formal seperti, belajar hidup berkomunitas, dengan ras2 berbeda selama 24 jam.”

Nah, begitulah secuplik wawancara singkat tim redaksi Felix dengan Ahmad Fuadi, yang dulunya pernah menjadi korespondensi TEMPO dan wartawan VOA bersama dengan istrinya Yayi, meliput berita bersejarah peristiwa 11 September . Seseorang yang sempat melanjutkan kuliahnya di School of Media and Public Affairs,George Washington University ini, juga juga pernah mendapat beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University London bidang film dokumenter. Wah, keren banget ya????
Nah, kita kan sama-sama santri and anak pondok nih, Felixer! bukti keberhasilan Ahmad Fuadi dengan mantra sakti Manjadda wa jadda nya, adalah kisah inspiratif yang wajib kita jadikan contoh, dalam mencapai keinginan. So, JANGAN TAKUT BERMIMPI DAN TERUS BERUSAHA KERAS UNTUK MERAIH MIMPI-MIMPI ANTUNNA!!



Biodata
Nama : Ahmad Fuadi
Tempat/tgl lahir : Padang 1972
Hobi : Menulis dan fotografer
Motto : Manjadda Wa Jadda
Alamat : Bintaro Jakarta Selatan
Fb/twitter/e-mail : Ahmad Fuadi/fuadi1/negeri5menara@yahoo.com publish on Pioneer Magazine (Darunnajah School Magazine 2010) reporter : Masmuhah, Herweningtyas, Syella Putri Photographer : Siti Jihan

Leave a Reply