Assalamualaikum,
Alhamdulillah tahun ini
aku diberi kesempatan lagi olehNya untuk menginjakkan kaki di negeri tetangga,
Malaysia. Dalam acara apa tuh Cha? Ada program Mahatir Global Youth Peace
School yang diadakan oleh UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dan PGPF
(Perdana Global Peace Foundation) milik Tun Mahatir Muhammad (ex-Prime Minister
Malaysia yang paling lama). Acara diadakan selama dua minggu, tapi karena aku
hanya sit-in participant, jadi aku hanya mengikutinya selama 1 minggu, lebih tepatnya
5 hari pertama. Akomodasi ditanggung sendiri. Tiket, hotel. Mungkin sebagian orang berfikir ini gak ada untungnya. Tapi aku yakin, akan dapat banyak pengetahuan sepulangnya dari sana. Hidup ini kita yang menjalani, orang lain yang berkomentar. Selama itu rasional dan di taraf kemampuan. Mengapa tidak dicoba? Kadang kita terlalu terbelenggu dalam tempurung ketakutan. Hingga banyak sekali pertimbangan untuk meloncat atau tidak. Mungkin memang aku tidak seberuntung selected participant yang mendapat berbagai fasilitas. Tapi suatu saat, aku yang akan menjadi pembicara di event-event inernasional itu. nanti pada saatnya. Tekadku dalam hati. :) Kita tak akan pernah bisa mengetahui setinggi apa puncak jika kita tidak pernah mencoba mendaki. Meski semua rombongan mendaki lewat balon udara. Aku yakin, akan berbeda hasilnya kepuasan mendaki lewat jalan setapak dengan berbagai teman hewan yang mengiringi perjalanan.
Dan
alhamdulillahnya lagi, aku punya sahabat cantik fisik batinnya yang mau aku
singgahi selama 7 hari aku mengikuti konferensi. Sebut saja Laila Setyawati
Arifin. Mahasiswi IIUM (International Islamic University Malaysia) tahun ke 3
mumtas, dengan sejuta costumer hijab syar’inya. Sekedar info, dia punya toko
online produktif di bb putihnya. Jadi kalo mau ngerampok dia, cukup ambil bbnya
itu, karena disanalah, semua kontak customernya berada. Anw, customer dia sudah
lintas benua, dari desa, sampai kekota, pulau We sampe manokwari pun sudah ada,
ditambah lagi, pelanggan-pelanggannya di Malaysia hingga Eropa. Tapi mukanya
nggak ada muka-muka tante-tante bisnis centil sist-sist gitu kok. Jaga iffah
banget, jangan sms macem-macem aja apalagi ngaku-ngaku jadi ikhwan taat. Pasti
nggak akan dibales. Umurnya lebih muda 5 hari dariku. Dia lahir 7 Desember,
suka sekali mawar dan merah. Dan satu lagi yang pentiing ssshht. Doakan
sebentar lagi menikah. J
***
16 Februari 2014
Dengan berbagai
pertimbangan untung rugi aku berangkat atau tidak, akhirnya kuputuskan untuk
berangkat. Bahasa jawanya mah bonek (bondo nekat) haha. Aku tidak banyak diberi
uang saku. Bayangkan, 5 hari pertama aku hanya memegang 104 RM atau sebesar
400ribu rupiah. Dengan makan 2 kali sehari dan sesekali aku makan indomie
bersama ela dikamarnya. Namanya juga mahasiswa yang takut membebani orang tua.
Paling-paling nanti pasti bilang juga kalau sudah kepepet. :D Aku berangkat
pukul 01.30 dengan diantar oleh ya seseorang yang baik hati hingga bus,
kemudian diantar lagi oleh Rizka Nurul Amanah. Mungkin aku akan menceritakannya
dihalaman lain, dia teman satu aktifis yang akhir-akhir ini sedang dekat
denganku. Kebetulan dia juga baru pulang dari perjalanan umrohnya, dan kami
menghabiskan perjalanan 2 jam ke bandara dengan seabreg cerita. Jujur aku parno
sekali pergi ke luar negeri sendiri, takut nyasar, takut nggak tau tanda-tanda
dan takut ketinggalan pesawat karena kebingungan. Tapi untungnya aku berangkat
dengan martia, mahasiswi President University yang juga mengikuti acara yang
sama denganku.
5 hari sebelum
keberangkatan, aku sempat hilang motivasi untuk berangkat. Tak ada semangat
sama sekali. Ya semangatku pergi tinggal satu, bertemu Ela. Selesai. Hahaa ada
banyak hal didunia ini yang tak bisa dijawab dengan kata tanya Mengapa kawan.
Coz its comes for no reason. ;)
***
17 February 2013
Ini hari pertamaku dalam
acara MGPS. Dan kau tahu? Butuh waktu 1 jam setengah dari asrama Ela untuk
menuju TKP. Dengan satu kali naik bus, 1 kali naik monorel dan naik taksi.
Untuk hari selanjutnya, aku tinggal naik bus dan monorel, selebihnya jalan
kaki. Untuk kamu yang hobi traveller dan
sudah terbiasa jalan kaki, seperti akan biasa-biasa saja. Tapi tidk denganku.
-__- meski setiap hari harus menuju kampus dengan berjalan sejauh 500 meter,
tapi aku tak pernah se-kram ini setiap malam. Aku berangkat pukul setengah 8,
dan itu pagi sekali karena shubuh disana pukul 6.10 hampir-hampir setengah 7.
Bergaya wanita karir selama 5 hari kupergi shubuh dan pulang petang. Wanita
karir Kuala Lumpur. Hahai.
Hari pertama diisi oleh
Jusuf Kalla, Tun Mahattir Muhammad, rektor UMY, dan dosen Islamic Global
Politik ku di UIN Bapak Din Syamsudin (ia juga ketua umum Muhammadiyahh dan
kini menjabat pula sebagai ketua MUI). Berbicara tentang Bapak Dien ini, beliau
hanya datang 3 kali pertemuan dalam satu semester. Selebihnya diajar oleh
asdosnya Bapak Fuad Fanani yang memberiku surat rekomendasi untuk mengikuti
acara ini,setelah sebelumnya ditolak oleh Bapak Din sendiri. Aku masih ingat
bagaimana beliau bilang,”acara ini terbatas untuk orang tertentu saja, dan
seterusnya” dan keberuntungan mungkin, aku sekarang bisa berada satu ruangan
yang sama dengannya. Selain itu aku juga bersama Bu Debby Lubis. Kepala Jurusan
HI ku yang baru. Beliau juga mengikuti progrm ini. Terlepas dari acara ini, Bu
Debby memang sudah deka denganku, karena pernah mengajar subject Foreign Policy
analysis. Senang rasanya bisa bersama beliau di acara ini. :D
With Bu Debby :) |
Tun Mahattir Muhammad
Ada banyak tokoh besar
yang hadir, rupanya Tun Mahatir Muhammad bukan tokoh biasa-biasa saja. Beliau
adalah Perdana Menteri Malaysia yang menjabat paling lama sejak 1981-2003. Di bawah kepemimpinannya Malaysia mengalami modernisasi yang pesat dan menikmati kemakmuran di segala lapisan masyarakat. dengan PGPF yang didirikan olehnya ini, dia berusaha menciptakan peninggalan yang nanti kelak akan terus mengenangnya. Semacam yayasan perdamaian dunia. Acara ini berisi short course untuk para post-graduate, reseacher, sedikit undergraduate, dan pegawai pemerintahan. Ini acara kali kedua, setelah tahun lalu diadakan di UMY Indonesia. Well, dengan berbangga hati, prof. Din Syamsudin mengabarkan bahwa FISIP UIN Jakarta akan
memberi gelar Doktor Honoris Kausa kepada Tun Mahattir Muhammad ini, karena
usahanya di bidang perdamaian.
“ A journey of thousand
miles begin with the first step. We have aken many steps. Let us march forwrd in
this strunggle to acheve true civilization, to criminalise war.” Tun Dr.
Mahathir Mohamad pada speech opening ceremony MGPS.
Memang benar, berjalan
lebih lambat dan sukar membuat kita melihat lebih banyak. Ada banyak keuntungan
aku menginap di kamar Ela dengan 3 roomatenya yang berkebangsaan Malaysia.
Setelah kuusik-usik.. Ternyata ada juga yang suka dan tidak suka dengan Tun Yang
berbahagie Mahathir Muhammad ini. Salah satunya adalah roomate la yang bernama
Kak Sufi. Katanya, pada masa kepemimpinannya pembangunan infrastruktur Malaysia
memang maju pesat layaknya Indonesia dibawah era Soeharto. namun sayang ia
tidak mendukung pertumbuhan pendidikan Islam di Malaysia. Sehingga banyak
oposisi yang muncul. Ini kudengar dari rakyatnya langsung.
Ya, sejarah selalu berpihak pada yang menang. Dan para rakyat seringkali hanya dibutuhkan untuk alat pemenangan elektoral, bukan menjadi subjek pengabdian.
Karena jadi extra-ordinary peserta,
jadi malah dapet info yg g mainstream. Kenyataan adl saat rakyat yg bicara. Demokrasi sendiri sebenarnya mmg
harus bs membawa maunya rakyat. Mau rakyat sekuler ya sekuler. Maunya islamis
ya hrus islamis. Asal major. Sekali
lg, asal majority. Katak tak bisa menjadi raja para burung. Krn sangat berbeda.
Loh ini negeri apa mmg? Katak apa burung?
***
Ini hari ke 3, dan kakiku
masih terasa pegal. Hari pertama aku berjalan ada hampir 3 km. Hari kedua
berkurang jadi 2km. Dan hari ini
semoga aku bs berjalan hanya 500m.
Hari ini sptnya kelas akan full.
2 hari kemarin aku
masih kikuk naik bis mahasiswa internasional ini. Jadi ada semacam alat
pendeteksi kartu bis para mahassiswa disini untuk membayar
disamping supir. Sebagian bis ada keneknya, sebagian tidak. Selain bisa
membayar dengan menempelkan kartu kredit mereka, bisa juga membayar dengan memasukan
uang ke benda spt tabung, dengan syarat
harus pas, 1ringgit. Sekitar 3800rupiah. Akses transportasi sangat mudah.
Karena bisa
dijangkau dg RLT dan monorel. Ohya, semua bis disini ber-AC. Bayanganku
langsung berbanding dengan metromini
510-mobil sejuta
umat yang selalu
kunaiki saat pp rumah-kampus. Kaleng kuning itu seringkali terbakar panasnya
matahari Indonesia dengan
dipenuhi daging2 bernyawa empuk didalamnya. Perjalanan dari
kp-rambutan-ciputat itu pun tak beda dengan
panggangan roti. Para penumpang yg selalu lebih dr kapasitas keluar satu
persatu dg peluh dan muka kepiting rebus. Harganya lebih mahal. 4000-5000.
Wajah2 di bis ini sangat heterogen. Ada wanita cantik keturunan pakistan didepanku, dibalut pasmina merahnya. Ada juga lelaki putih dg mata seperti bulan sabit sedang sibuk bermain gadget. Disampingnya ada paruh baya india yg sedang mengantuk. Lelaki yang
kuduga asal Sudan sepertinya baru turun dari bis, selebihnya ukhti2 dengan baju
kurung kebangsaan, dan lelaki2 dengan wajah-wajah melayu. Dulu negeri ini yg berbondong-bondong ke
Indonesia. Kini berbalik. 80% international studentnya dari indonesia.
Didepan stasiun RLT ada gedung parkir
5 lantai. Semua org parkir mobilnya disana, dan lebih suka naik kreta/monorel.
Public transport easier.
Kudengar politik malaysia jg ricuh. pemerintah
yg dipimpin dengan golongan kerajaan, byk ditentang oleh barisan oposisi.
Pemerintah negeri ini jg korupsi, tapi pembangunan infrastruktur terlihat sgt
berjalan. Mungkin mereka korupsi yg tau diri. Lagi2 kubandingkan dg Indonesia.
Monorel yg sedari dulu tidak pernah jadi di ibukota. Akses bis panggangan roti
yg masih mendominasi, mungkin ada kemajuan, dr KRL kita.kereta akses sudah
lebih mudah. Ber AC, sistem komputer sudah berjalan. Tinggal menunggu waktu sj
untuk terus memperbaharuinya, dengan mesin pembeli tiket sendiri dan rute yg jelas.
***
to be continue...