rasanya sudah hampir 3 bulan aku tidak menulis. Ya, terlalu banyak hal yang terjadi 3 bulan terakhir. Sampai-sampai ketika aku berniat menuliskannya, selalu urung krn harus menghadapi hal selanjutnya. Mungkin lebih menarik jika aku rangkum jadi satu kisah 3 bulan ini menjadi satu halaman. supaya singkat dan mudah diambil buahnya.

beberapa tahun terakhir aku memang masih merasa asik bermain sosial media, facebook, twitter, tapi tidak termasuk halaman ini. Sejujurnya, space yang halaman ini berikan memang lebih besar. tapi ruang interaksinya masih kalah dengan sosmed yang aku sebut barusan. Aku sangat bersyukur atas adanya produk modernisasi teknologi ini. karenanya, aku tidak harus bersusah-susah mengetahui berita dari ujung Indonesia terkini, aku tak perlu bersusah payah berdesak-desakkan mencari baju di pasar, dan tidak perlu repot-repot menemui seseorang hanya untuk menanyakan kabar. dengan melihat layar hologram berukuran, 4x5cm dan 20x18cm semua bisa dilakukan dengan mudah. Sempat terfikir olehku, mana yang bakal mendapat jatah surga lebih besar. Ahli ibadah 100 tahun atau Thomas Alfa Edison penemu lampu? Ahli fiqh atau Mark Zukerberg penemu Facebook?

Wah-wah, ini salah pertanyaannya ini. Mengutip sedikit apa yang sudah Pak Menteri Suryadharma Ali katakan pada peresmian gedung FISIP, senin (11/11)lalu.

 Ilmu agama dan Umum itu tidak boleh di-dikotomi-dikotomikan. 
itu berlaku dalam konteks keilmuan dan dunia proffesional. YAp! aku setuju! begitu juga dengan jatah di syurga! itu absolut hak Tuhan yang mengatur! Gak perlu makhluk kecil kayak kau ini ikut mengatur Cha! Okey. lets move. berbicara masalah absolut atau tidak. itu akan menarik tentang relativitas kebenaran. apa benar pendekatan post-positivist tentang ketiadaan absolut itu semakin banyak dipercaya? hingga dalam pedoman kehidupan-pun masih banyak yang meragukan sifat absolut kebenaran Tuhan? Nah, ini dia pokok masalah yang selama ini semakin mewabah. Relativitas kebenaran mungkin banyak bekerja dalam toleransi, saling menghargai pendapat, juga dalam kehidupan dalam keanekaragaman warna. Karena setiap kepercayaan tidak bisa mengabsolutkan dan membenarkan untuk kemudian mewajibkan secara umu, kecuali ada unsur kerelaan.

Teori kebebasan dan liberal yang mau tidak mau, dihindari atau tidak dihindari, akan selalu bersentuhan dengan kehidupan sosial mahasiswa UIN dan masyarakat Indonesia pada umumnya, kini menarik perhatianku. Pengaruh globalisasi, imperialisme modern, penjajahan nilai-nilai ketimuran, dan kolonialisasi budaya pelan-pelan telah menggerus bangsa ini. Nilai-nilai ketimuran mulai tergantikan dengan nilai-nilai barat. Kebebasan-kebebasan yang diatur kini mulai digeser dengan kebebasan tanpa patas, nilai-nilai demokrasi yang berkembang kini malah disalah artikan menjadi meng-egaliterkan semua kalangan.
Burung-burung punya hak asasi untuk terbang tinggi ke matahari,ia takkan melakukannya karena akan terbakar dan patuh pada tradisi Allah.Tapi banyak manusia yang lebih bodoh daripada Burung. -Cak Nun-
Itulah guna agama. Sama seperti langit untuk burung, sama seperti pantai untuk ikan. Batas-batas aman, bergerak bagi siapa yang mau berlindung didalamnya. Banyak yang merasa kebebasan berpakaian, berfikir, bertingkah itu tidak ada batasnya, banyak yang merasa kesetaraan-kesetaraan diatas segalanya, banyak yang menuhankan hak asasi manusia menjadi rujukan setiap penyimpangan. Anda bisa bayangkan bagaimana dunia 20-30 tahun lagi. Sudah tidak ada lagi perbedaan budaya timur dan barat. sudah tidak adalagi rasa hormat antara orang tua dan anak muda, sudah tidak adalagi moral-moral yang hidup di bumi Sang Maha Penguasa.
Ingat! Adil, Tidak harus SAMA!!!
Tugas guru dan murid itu berbeda, tugas muslim dan non-muslim juga berbeda, tugas PEREMPUAN dan LAKI-LAKI pun berbeda. Ini yang dari dulu masih menjadi tanda tanya besar di otak saya pada aktiivis-aktivis penjunjung feminisme. Kurang feminis apa Islam memulyakan wanita? Kurang adil seperti apa setiap makhluk disisi Allah, jika yang dilihat memang hanya tingkatan TAQWAnya? kalaupun mau meneriakkan emansipasi kaum perempuan itu sendiri, itu SALAH besar jika objeknya menyudutkan ISLAM. Tapi seharus pada budaya setiap bangsa.

  • Dalam Talmud, Menahoth 43b-44a tertulis bahwa "Seorang lelaki Yahudi diwajibkan membaca doa berikut setiap hari; 'Terimakasih Tuhan! karena tidak menjadikanku seorang kafir, atau seorang wanita atau budak belian'“
  • Yunani, pada masa Roman Empire nya banyak menjadikan perempuan menjadi tumbal dewa-dewa mereka.
  • Eropa pada zaman dark agesnya, menganggap wanita seperti binatang. digunakan dan diperjualbelikan dimana-mana. 
  • Indonesia, karena keterbelakangan peradabannya di kerajaan masih menjadikan perempuan bekerja di home sektor saja. 
Lalu apakah ayat mengulurkan jilbab, "Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS al-Ahzab [33]: 59)" ini terbaca Islam mengekang wanita? justru sebaliknya. Islam mengangkat tinggi harkat dan martabat kaum wanita, dengan MENJAGA mereka, bukan mengekang. 


berbicara masalah status wanita, yuk langsung nyambung ke peran suami-dan istri. dimana 70% wanita banyak mendapat pohon amalnya di kehidupan 1 atap bersama kerangka rusuknya ini.
"Kalau rembulan bersinar, air laut bergolak. kalau wanita memancar. lelaki berbangkit, bergolak, melonjak-lonjak. tetapi kemudian, samudralah yang menjadi Penyangga 'Arsy, lelakilah penyangga kehidupan mereka."

Seorang sahabat pernah mengatakan padaku, "menikah itu bukan karena butuh, Tapi karena Siap" lalu aku pun menambahkan dengan kalimat yang sebenarnya menantang jiwaku sendiri untuk benar-benar bisa mengamalkannya nanti "Menikah itu bukan karena nafsu, tapi karena Allah"
Setiap mempelai menikah atas nama Allah, pasti agar Allah selalu menjadi landasan dan tujuan. Sama seperti filosofi pedati dan sapi.
Suami-Istri itu ibarat pedati dan sapinya.
Siapa pedati, siapa sapi? Ya gantian. Giliran. Didalam persuami istrian masing-masing pihak harus mengembangkan kesanggupan untuk bukan hanya berperan ganda, melainkan behkkan multiperan. Terkadang suami jadi bapak, teman, partner dialog, atau bayi yang manja. Juga istri musti terkadang jadi ibu, kakak, adik, sahabat atau apa saja yang cocok sesuai dengan situasi psikologis masing-masing.
Kalau suami istri adlaah pedati dan sapi. siapa pengendaranya? dan apa yang diangkut oleh pedato yang diseret oleh sapi?
Pengendaranya adalah nilai-nilai dari Allah.
Yang dimuatnya adalah amal perbuatan mereka.
Kemana pedati itu bergerak? menuju rumah Allah di akhirat.
Asal Pengendaranya adalah nilai Allah, maka pedti insya Allah menyusuri Sirathal Mustaqim.
Yang diangkut di atas pedati mungkin adalah rumput-rumput segar batu bata yang kokoh, serta makanan dna minuman.. terkadang dalam rumput terdapat ular dan ulat. Terkadang dalam makanan dan minuman diperoleh secara kurang sah. tetapi setiap suami-istri akan berjuang untuk emmeberikan seluruh isi pedati sehingga sesuai dengan sang pengendara Sebab kalau tidak sang pengendara akan mengingalkannya.
Istri bukannya mengabdii pada suami, dan suami bukan mengabdi kepada istri--melainkan mereka bekerjasama mengabdi pada Allah -Cak Nun-
Suami memang presiden dari sebuah negara pernikahan. Tapi Istri adalah ruh dari kepemimpinan suami. Keduanya bekerjasama secara komplementer.  

Agak ngelantur ya, pembahasannya. awalnya apa akhirnya apa. ya, tapi paling tidak ini dulu pelajaran penting yang bisa diringkas. eits. ini lupa nggak termasuk event-event yang dilewati. dibawah aja ya galerinya ;)

13 Oktober 2013 Resmi jadi KADER PMII KOMFISIP haha setelah perebusan, penggemblengan, militer force selama 3 hari 2 malam, (seharusnya 4 hari) tapi karena telat jadi kena bully mulu nih! Ya, pokonya, saya baru benar-benar tidak meragukan lagi integritas dan kredibilitas organisasi Biru Kuning ini setelah PKD lah! 
Yang sebulan kemaren bingung nyari Ocha, kemana aja. Cari di ruang BEM! pasti ada! YAp, sejak 20 Sepember-18 Oktober kemaren aku dan para panitia yang extraordinary ini, sedang ibuk dengan event terbesar FISIP tahunan FISIPDAYS 2013. Acaranya sebulan nih, ada 12 lomba antar SMA dan mahasiswa se JAbodetabek+ Seminar kebangsaan+creative expo dan FESTIVAL. Ini jujur aku siang malem gak bisa tidur mikirin nih acara belom kelar-kelar. haha untungnya alhamdulillah. Acara lancar sampai akhir meskipun harus berhujan-hujannan dambil komat-kamis di hari_H festival! tapi itu gak seberapalah dibanding melihat kebahagiaan dan kebanggaan teman2 panitia atas acara ini! :) Dari organisasi dan panitia, banyak didapat pelajaran moral khususnya saling percaya, saling mengerti,d an saling berpegangan. :)


The Last Event ini adalah event yang gak pernah diduga-duga sebelumnya akan terjadi. Berawal dari 3 orang super sibuk yang sulit sekali bertemu untuk sekedar menggabungkan idenya menjadi persyaratan lomba, lalu kemudian bisa kian solid menuju Final Seleksi Debat Mahasiswa TV-One pada 7-9 Oktober 2013 lalu. dari event ini, semangat ke London sebagai hadiahnya benarbenar serasa 5 mm didepan dahi. Tapi karena salah ucap ekspektasi, akhirnya kami harus puas dengan hanya tampil di layar kaca Tv-One. Hiihiii.. :D




Leave a Reply