Mudah saja bagiku menjadi marah dan kesal, jika sesuatu datang, bukan karena inginku. Aku melayani marah dan kesalku, hingga terkuras semua. Seolah tidak ada lagi kebaikan dari yang datang padaku itu.
Sungguh, aku malu. Pada daun yang senantiasa membesarkan namaMU, angin yang selalu bertasbih dan burung yang tak pernah absen berkicau tentang kemuliaanMU.

Dan aku, dengan nikmat berlimpah dan KAU ciptakan jauh lebih sempurna daripada daun, angin dan burung, begitu kufur dan lumpuh berpikir bahwa semua datang hanya karena kebaikanMU saja. Jika saja aku ingat, bahwa apapun dan siapapun yang ada di depanku, sesungguhnya hanyalah antara KAU dan aku. Jika saja aku selalu ingat, KAU saja cukup bagiku, maka tak perlu keluh kesah itu.
Jika saja aku ingat untuk menghadapinya selalu dengan senyum untukMU, bersamaMU dan mengembalikan padaMU, tentu tidak ada takut dan khawatir ini.

Namun, wahai Yang Mulia, aku yang hina ini, kembali alpa melihat, bahwa semua ‘jika saja’ ini, tak lain bentuk kekufuranku yang halus. Tak layak lah aku berjika-maka, karena apapun yang ada, hanya bentuk cintamu, mengajariku, untuk rendah hati, tetap menghamba pada semua kemuliaanMU.
Akhirnya, hanya syukur saja lah yang pantas terucap.



-Rima Olivia- 
visit http://www.rimaolivia.com/?p=200 

Leave a Reply