So I say a little prayer
And hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again, my love
Overseas from coast to coast
To find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again, my love.. -Westlife-
Well, malam ini adalah malam ke3 aku berkutat dengan beberapa tuntutan akademis, yang detik demi detik menjajahi nikmatnya indahnya setiap malam. 3 moment waktu yang paling aku suka. Subuh. Senja. Dan malam setelah jam 12 malam. Yang paling sering kunikmati itu senja. Tapi yang paling aku sukai itu setelah jam 12 malam. Keheningannya, ketenangannya, dinginnya dan suasananya sangat efektif untuk berfikir, merenung dan menulis. Malam ini, tak sengaja, lagu westlife mylove yang kucuplik diatas mengalun di playlist mp3 ku. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Betapa manisnya sebuah harapan. Betapa syahdunya sebuah impian. Ya aku terus tersenyum. Terlepas dari semua tuntutan akademis, terlepas dari semua tuntutan finansial, moral dan sosial yang akhir-akhir ini kian mengejarku. Hanya di pertengahan malam ini, aku bisa tersenyum lepas, mengendurkan otak untuk berhenti berfikir dan bekerja sejenak saja.

Alunan lagu terdengar mendayu dan lama ditelinga, nampaknya ia tahu sang pendengar masih ingin terus menikmatinya. :) Kembali lagu kuulas senyum.

Aku tak berharap curhat-curhat dan tulisanku disini dibaca dan menginspirasi orang. Karena bukan itu tujuanku menulis di halaman sederhana kuning ini. Mungkin lebih sekedar berbagi yang tidak bisa aku ucapkan. Ya itu lebih tepatnya. Entah kenapa tangan ini pun terus bergerak tanpa diperintah. MUngkin ia sudah berintegrasi dengan hati dan otak untuk mengungkapkan beberapa perasaan yang tidak bisa diungkapkan lewat lisan ataupun organ lainnya. Aneh, padahal kegiatan yang dilakukan sama. Aku sudah menulis beberapa tugas makalahku 20 lembar, menulis berita juga sudah biasa, tapi rasanya beda saat menulis di lembar kuning ini. Otak sama sekali tak diizinkan untuk berfikir entah sedetikpun. Semua mengalir begitu cepat dan syahdunya. Mungkin jika dibiarkan aku bisa bertahan tidak tidur sampai subuh untuk menulis dihalaman ini. Terlalu banyak cerita yang belum sempat atau tidak bisa dibagi. Terlalu banyak rasa yang sulit diungkap dan dijelaskan, terlalu banyak pelajaran hidup yang harus digambarkan detail hingga bisa diambil kesimpulannya. Rasa menulisnya beda.

Akhir-akhir ini, mungkin memang bulan-bulan ujian. UAS kampus, UAS iman, UAS mental, UAS hati, dan UAS sikap. dan masih banyak UAS lagi. Meskipun nampak terlihat biasa2 saja dari luar, tapi sebenarnya banyak sekali gejolak UAS yang tiap detik meghantui dan terus menguras fikiran. Mungkin ingin rasanya menumpahkan semuanya, tapi tak elok rasanya untuk media publik seperti ini hanya untuk berkeluh kesah. :) Terlalu banyak alasan untuk bersyukur daripada mendata semua keluhanmu. :) Toh, pada akhirnya semua juga akan berakhir.

Jam sudah menunjukkan pukul 12.44. Ah, masih sore rupanya,karenanya aku akan berbagi sedikit tentang beberapa hal yang menguras fikiranku beberapa bulan ini.

Aku sadar, kedua orang tuaku memang sudah aktif didunia politik sejak beberapa tahun yang lalu. KArena itu pula aku agak apatis dengan "konsep to be better life"nya Miriam Budiharjo mendefinisikan Politik. Ya, karena sejak dulu aku tahu jatuh bangunnya perjuangan orang-orang yang berjuang di dunia politik, hitam putihnya, dan asam manisnya. Meskipun hanya meraba-raba permukaan namun, secara tidak langsung sejak kecil, tanpa disadari rasa-rasa kepedulian atas isu nasional mulai tertanam. Ya Sejak kecil. Tapi kembali lagi, karena mungkin ada faktor lain yang membuat aku begitu negatif dengan kata "politik" sehingga hingga saat ini pun, dimana politik menjadi santapanku setiap harinya, tetap tidak merubah sifat apatisku itu.

Mungkin itu juga yang membentuk karakterku menghadapi politik kampus sama apatisnya. Politik kampus hanyalah Permainan, permainan para partai-partai yang berkepentingan agar dianggap berkuasa dan gagah. Ya. Benar. Tak ada idealisme murni untuk membangun.

Mungkin aku kini sadar, tanpa dikaji pun akan nampak jelas mengapa partisipasi politik di Indonesia semakin menurun. KArena apatisme terhadap politik dan kepercayaan publik kepada partai atau aktor politik makin menurun. Yah, sebut saja kasus yang sudah malas sekali aku sebut, KORUPSI, dan janji palsu. Karena figur yang diunggulkan hanya menjadi alat, dan tidak punya integritas baik.

sepertinya, moodku berubah saat kita terlalu dalam membahas kasus ini. JAdi ingin berhenti menulis. KArena. Karena. KArena jika aku lanjutkan terus tangan ini berbicara, akan sangat banyak kata negatif dan kritik yang keluar sehingga membuat efek mood negatif sejak awal dan rasa kantuk. Ah, oke Skip. Gak usah bahas itu. Biarlah masalah tetap jadi masalah, tapi jangan dianggap masalah. Anggap saja iklan kehidupan. yang endingnya selalu kita nanti-nantikan.

Tapi dilain sisi aku bersyukur, ditengah kounitas yang sangat menantang, ALlah masih begitu baik menghadiahkanku sebuah keluarga yang tak kenal politik dan background identitas personal. Ya Sabilussalam. Pondok sederhana di pinggiran kota CIputat yang sudah menjadi rumah keduaku. Ada stau yang meleburkan semua warna, identitas, kekuasaan, jabatan, kedudukan, ras. Yaitu saat berhadapan dengan Tuhan. :)

Aku tahu mungkin sedikit ketulusan yang tersisa di muka bumi ini.
Kecil kejujuran yang ada d dunia kecil yang menjadi pengharapan mayoritas umat manusia.
Apalagi keikhlasan.
Rasa-rasa tanpa pamrih ini yang sangat jarang ditemukan...
Hal-hal yang sangat aku rindukan,
Sometimes, Itu malah datang bukan dari orang didekatku, bukan dari teman2 kelasku atau orang2 disekelilingku, tapi dari ucapan terimakasih abang angkot, syahdunya azan kakek di Masjid Darussalam, dan Doa tulus seorang guru yang kini terus mengiringi muridnya dalam setiap langkah..

banyak penilaian, hujatan dan prasangka muncul kemarin.Tapi biarlah, biarlah biarlah semua prasangka yang berkata, biarlah mereka yang menduga-duga, biarlah mereka yang menilai.

Lakukan sesuatu katakan sesuatu jangan karena orang lain. tapi keyakinan mengapa kamu harus melakukannya. itu akan membuatmu lebih tenang saat ada serangan apapun yang datang.

Ya Allaah...
Akhirkan hamba dengan keadain baik.
Tuhkan, selalu ada setets dan 2 tetes yang mengalir di setiap akhir tulisan di lembaran kuning ini. Huah! :)

Memang selalu ada dimana dibutuhkannya mengeluarkan semua ini,  Biarlah yang tak terucap mencair ketimbang menggumal menjadi dendam dan penyakit hati. Biarkan ia jadi saksi bahwa hambaMu ini, masih sangat takut kau abaikan sedetik saja YA Rab..

Biarkan semua kepenatan itu meleleh dengan panasnya suhu badan, Biarlah semua hujatan, kata-kata pembelaan dan pembuktian-pembuktian pembelaan diri hanyut dengan derasnya peluh dingin di malam yang suhunya tidak begitu panas dan tidak begitu dingin ini.  .. habiskan,,, bersihkaan,,, keluarkan semua sampai tak ada yang tersisaaa.. habiskan sampai kata lelah itu tidak ada lagi...


Tak sadar sudah 2.13.Sudah dulu ngecharge-nya. MAu lanjut paper UAS kampus 10 halaman nih. :)



Jaman sekarang itu,,, 
Jutek dikira nggak ramah, Ramah dikira mau nge hipnotis
Berpendapat dikira  Curhat, Mengubah pendapat dikira labil
Puitis dan romantis dibilang galau, peduli dibilang kepo
Detail dibilang rempong, berevolusi dibilang Lebay.

Mungkin seperti itulah gambaran kehidupan jaman sekarang yg serba pendek. Pendek pertimbangannya, pendek efeknya Pendek ngerjainnya. Di malam yg sunyi ini, aku akan sedikit membahas tentang baris kedua dari syair di atas, Unsur-unsur kebaikan.




Gus Dur pernah berkata : Berbuat baiklah kepada semua orang, maka kau tak akan ditanya apa agamamu!"





Aku sendiri awalnya masih ragu, masih adakah setetes ketulusan di kota kecil padat penduduk dan masalah sosial ini?  Kota yang tak pernah alpa dilewati ribuan orang yang beraktivitas setiap hari dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda, membawa atmosfer Ciputat kian hari semakin penat bagi yang merasa penat. Namun, bagi orang-orang yang bisa menghargai nikmat sekecil apapun. Lubang jarum pun akan terasa longgar dilewati. :)

Ciputat, kota pinggiran Jakarta yang disebutsebut sebagai kota  pencetak pemikir-pemikir nasional handal pada eranya. Na mun kini tak beda dengan kota-kota lainnya yang sibuk meentukan pemimpin-pemimpin mereka dengan berbagai skenario pesta demokrasi yang tertanam. Tapi bukan itu fokus pembahasanku kali ini Namun, tentang serpihan mutiara yang bersinar di tengah tandusnya Kota Ciputat ini,  sebuah ketulusan yang diberikan oleh seorang Ibu tua kepada para penuntut ilmu, dengan segala keterbatasannya.

     Minggu subuh tadi, ia sudah siap dengan celana trainingnya berjalan menapakai gang kecil seluas 2 meter setengah menuju pasar tradisional denganberjalan kaki. Senyumnya nampak terukir jelas, menampakkan kesyukuran yang terlukis untuk setiap hari yang telah ia lewati bersama suami dan keluarga kecilnya hingga detik itu. Ia membeli kebutuhan-kebutuhan warung di rumahnya, sekaligus membeli bahan bahan makanan untuk syukuran anaknya yang diterima sebagai pegawai negeri pada hari itu. Tak ada yang istimewa dari ibu tua tersebut. Pakaian trainingnya sudah nampak pudar karena  sering dipakai setiap minggu untuk berolahraga. Berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa yang selalu merasa tugas mereka sangat berat, yg lebih memilih mengistirahatkan matanya diatas kasur, ketimbang mencari keringat keluar rumah.

      Ia begitu ramah dengan warga disekitarnya. Perhatian. Dan sangat baik. Hampir tak ada yang tidak megenalnya. Bergaul dengan baik, membantu yang membutuhkan pertolongan, selalu menebar senyum di pagi hari dengan suamiya pada setiap mahasiswa yang ingin berangkat ke kampus. Bahkan tak jarang ketika mahasiswa-mahasiswa yang sakit, ia tengok dan ia rawat semampunya. Anak-anak dan cucunya pun begitu ramah. Sehingga para mahasiswa yang bertempat tinggal persis disamping rumahnya sudah menganggap sebagai keluarga. Sangat ibu sekali.

     Ibu tua tersebut hanya lulusan SMP, sedangkan suaminya lulusan SD, mereka tidak punya riwayat pendidikan hingga berlembar-lembar. mereka tidak punya sertifikat training dan pelatihan bertumpuk-tumpuk. Mereka juga tak punya gelar nama depan atau nama belakang. Untuk membaca alqur'an pun masih perlu dilatih sesering mungkin. Tapi  ini bukan pada qualitas manusia sudah seberapa banyak yang mereka punya. sudah seberapa tinggi ilmu yang mereka tuntut. Tapi, entah mengapa sikap hormat moril berbagi kebaikan yang tulus satu sama lain terasa lebih mulia ketimbang semua title dan jabatan tersebut.

"Its not about how much we have got. But about how much we have shared" -Ka Riana-

Akhir-akhir ini aku sering takjub melhat orang-orang baik disekitarku, karena dr awal, perasaanku sudah apatis dan individualistis melihat warga ibu kota ini. namun, setelah bertemu beberpa orang yang bisa membuatku berkata "Kok bisa ya ada orang sebaik ini" 180 derajat aku sadar. Ya memang harus ada!!!

Mengutip kisah Slaman AL-Farisi yang rela menjadikan dirinya sebagai jaminan seorang pembunuh yang harus menunaikan kewajiban terhadap kaumnya selama 3 hari dengan janji akan kembali lagi.

Sebenarnya ada kesempatan bagi sang pembunuh untuk melarikan diri, namun ia kembali sambil tergopoh2 di penghujung hari perjanjian ia kembali.
Kemudian Amirul Mukminin pada saat itu, Umar bertanya, "Mengapa kau datang kembali padahal bagimu ada kesempatan untuk lari dan tak mau menanggung qisos?"

Pemuda pembunuh itu menjawab,"Sungguh jangan sampai orang berkata,tak ada lagi org tepat janji. Dan yg mengatakan,tak ada lagi kejujuran hati di kaum Muslimin"

Umar bergetar,"Kau Salman,untuk apa kau susah-susah mjdikan dirimu penanggung kesalahan org yg tak kau kenal sama-sekali?bagaimana kau bisa percaya?"

Salman menjawab,"Sungguh jangan sampai org bicara, Tak ada lagi org yang mau saling membagi beban saudaranya" "Atau jangan sampai ada yg merasa, tak ada lagi rasa saling percaya di anatar kaum Muslimin" lanjut Salman tegas.

"Allahuakbar! kata Umar"Segala puji bg Allah, kalian tlah membesarkan hati ummat ini dg kemuliaan sikap dan agungnya iman kalian!""Tetapi bagaimanpun pemuda, hukum untukmu harus kami tegakkan!" tambah Umar. Pemuda pembunuh itu mengangguk pasrah.

Sang kakak beradik penggugat tiba-tiba berseru,"Kami memutuskan untuk memaafkannya! Kami lihat ia sbg seorg berbudi dan tepat janji."

"Alhamdulillah" ujar Umar. Pemuda terhukum itu sujud syukur.

 "Mengapa kalian tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Umar pd kedua kaka beradik penggugat.

"Agar jangan sampai ada yg mengatakan, bahwa diantara kaum Muslimin tak ada lg kemaafan, pengampunan, iba dan kasih sayang" jawab mereka.

Dari kisah diatas bisa kita simpulka, bahwa kebaikan itu tak kenal rasa bosan. Bahkan di titik emosi sekalipun. #Janganbosan itu yang selalu dinasehatkan oleh Guruku, LAmukarrom Abi Zaki disetiap pertemuan kami. #janganpernahbosan dalam hal kebaikan, kesabaran, ujian dan semua skenario mengharukan untuk kita.

Satu poin lagi yang ingin aku garis bawahi adalah. Menyampaikan syariat Allah secara amal, itu lebih bisa diterima ketimbang verbal dan auditori. Kebaikan yang terpancar dari si ibu tua sudah mencerminkan bagaiman iman dan hatinya, tanpa harus bertanya lagi, bagaimana cara sholatnya. Ketulusan Salman Alfarisi untuk memberikan jaminan dirinya atas orang yang baru ia kenal, adalah bukti peduli dan kasih sayang antar manusia. Ingat lagi bahwa manusia punya beban besar di muka bumi ini yaitu menjadi khalifah. Punya tanggung jawab yang akan ditanyakan pada masa penghitungan.

Banyak orang yang mencari ilmu hanya karena ingin disebut ahli ilmu, tapi tak dijadikan sandaran untuk beramaliah. -Ust. Shodiq-






Maaf karena jarang, post. Aku juga tak yakin banyak yg membaca postku ini. Syukurlah, karena tak sedikit dari yg aku luapkan adalah emosi-emosi kecilku yg tak terluapkan lewat omongan saja. Dan itu sesuatu yang sangatlah tidak penting.

Aku ingin sedikit bercerita tentang beberapa kegiatan yang ikuti akhir-akhir ini. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang hangat menamparku satu persatu. Disini, aku tak ingin begitu formal, aku hanya ingin membagi berbagai nilai-nilai kehidupan yang patut menjadi renungan. Sehingga perlahan bisa membentuk diriku sendiri dan pembaca menjadi lebih menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan pembelajaran, ketimbang hasil yang didapat.

Aku ingin mengikutinya, dia pernah berkata, " Jangan biarkan apa yang ada di pikiran berlalu begitu saja"  
Cinta dan Masa Depan 

Mungkin beberapa orang melihat, melakukan hubungan atau biasa disebut "pacaran" remaja perempuan dan laki-laki sangat wajar. Toh, selama itu tidak melanggar syariat agama. Begitu katanya. Sms perhatian, saling mengingatkan ibadah, berkomunikasi dengan perasaan deg-deg-kan dan semua asam manis di dalamnya. Memang semua sangat manis dan menggiurkan. Apalagi jika memang keduanya punya prospek yang sama ke depan yaitu menikah. Yang ku lihat, ada beberapa orang yang menjadikan "cerita cintanya" sebagai prioritas dalam hidupnya. Namun, ada juga yang berpendapat lain. DI keluargaku sendiri, sebenarnya bukan hal yang tabu, namun tak pernah jadi pembicaraan. Loh, sama saja ya.

Aku bukan termasuk kaum ekstrimist yang membenci pacaran. Toh, selama itu masih dalam batas-batas aturan, ya gapapa. Eh tunggu, aturan yang mana nih? apa ada SOP islam yang membaahas tentang aturan-aturan yang didifferensialkan? Ah, mungkin aku saja yang cenderung cuek dan tak mau tau urusan orang lain.
Seringnya kita dengan gampang membikin-bikin hukum yang sudah ada, dengan memasukkan alasan-alasan logis yang bisa membuat dia menjadi semakin ringan beban hukumnya. :) Pahamkan?

Aku tak mau menafikkan diri, setiap manusia dianugerahi sifat mulya yaitu  "CINTA" . Dan tak mau menafikkan diri, bahwa aku pernah merasakannya. dengan segala asam manisnya. Namun, aku kembali terfikir bahwa masih banyak hal yang perlu mnjadi prioritas ketimbang perkara ini. Perbaikan diri, perbaikan otak, perbikan ibadah, perbaikan akhlak, perbaikan nilai, perbaikan fisik, perbaikan sosial, dan lain sebagainya. banyak orang yang berfikir bahwa Semua akan indah pada wakunya, namun cuku berat ternata menuggu "waktunya" itu. Kegelisahan yang ada, rasa kehilangan dan lain sebagainya tak henti-henti muncul. Namun, apa yang kau ragukan lagi dengan Sang Pejanji Terbaik??

Aku sempat bermimpi, punya kisah cinta seindah Fathimah dan Ali, pengorbanannya berat seberat Rasulullah dan Khadijah,   :) namun, kembali terfikir, siapa lah diriku yang ingin menjadi seperti mereka, apa yan telah kukorbankan? sudah seberapa sering aku  menangis? Sepertinya tak adil, jiga mimpi yg terlalu muluk, namun tak ada pengorbanan dan perbaikan dari diriku. Itulah mengapa, sekarang kugunakan semua ini, menjadi waktu prbaikan. Takdir memang harus dikejarm namun ia akan sangat lembut datang, saat kita biarkannya mengalir Sehingga akan banyak sekali cerita yang dbagi setelah ikatan halal terjalin. Akan banyak  sekali luapan perasaan yang tercuran pada saatnya nanti. Dsn akan lebih banyak lagi, kejutan-kejutan yan tak terfikirkan, nanti. Ingat, nanti.

Untukmu, disana. Doa dan harapan selalu teriring di lisan yang fakir ini..
Tak perlu kau balas doa ini, cukup Allah dengan segala skenario indahnya yang memeprtemukan kita kembali..nanti.. Di dunia ataupun di syurgaNya

Tujuan Hidup dan Pengabdian Diri

Kemarin, aku dan teman-temanku telah menyelenggarakan Konferensi Nasional FISIP se Indonesia yang dihadiri oleh 20 universitas seluruh Indonesia. Kerjakeras 8 bulan yang sangat terbayar. Entah sejak kapan aku mencintai organisasi Oh aku ingat, ya sejak SMP. sejak aku pernah menjadi Ketua OSIS SMPku kala itu. Mungkin beberapa orang berfikir, bahwa berorganisasi itu wasting time, tapi, aku suka me wasting waktunku dengan itu Gimana dong? :D Ya, satu yang aku pahami dari dulu, yaitu. BErtemu dengan teman-teman atau bersosialis itu membahagiakan.

Berjuang bersama, bekerja bersama, saling memarahi satu sama lain, saling membentak, saling tergesa-gesa, saling menasehati, saling berterimakasih, saling mengerti, hingga saling perhatian.  itu  adalah pengalaman dan pelajaran hidup yang tak bisa didapakan di kelas manapun. Nilai-nilai moral tak langsung mendidik kami disana. Sukses ataupun tidak bukanlah tujuan utama. tapi persaudaraan yang diciptakan, itulah yang penting untuk dibangun.

Bukan seberapa banyak yang sudah kita dapat, tapi sudah seberapa banyak yang sudah kita bagi. Kata-kata itu terus menjadi pedomanku,, untuk bekerja all out dalam suatu kegiatan, Tak jarang juga aku ucapkan rasa terimakasih kpd teman-temanku yang satu visi denganku Karena bekerja bersama-sama itu akan terasa lebih ringan. namun, kusadari sekali lagi, karena tipe-tipe manusia berbeda-beda dan juga perspektif yang berbeda pula. Sehingga jarang bisa aku pakasakan untuk bersatu. Tentang seberapa besar yang sudah kita bagi itu juga ada hubungan nya dengan kebermanfaatan diri.

Berbicara manfaat diri, akan juga langsung berkorelasi dengan batas. Batas waktu kita diberi kesempatan untuk saling berbagi dengan manusia lainnya. Batas bukan hanya nafas, tapi juga akal, kesehatan, dan nasib. Banyak hal yang tak terduga yang terjadi di luar sana, tanpa perhitungan yang masuk akal. Ini artinya apa, ini artinya bahwa Kuasa Allah itu lebih dari sekedar rencana manusia. itu yang harus dipahami, sehingga kita bisa menerima semua keputusan lebih lapang.

MUngkin pagi ini, itu saja yang bisa aku bagi. Semoga esok pagi aku bisa berbagi kembali..
Siap-siap pelajaran Statistika Senin. :)








Kepemimpinan bukan keistimewaan, tapi tanggung jawab, ia bukan fasilitas, tetapi pengorbanan, ia juga bukan leha-leha tetapi kerja keras, ia bukan sewenang-wenang bertindak, tetapi kewenangan melayani. Kepemimpinan bukanlah sekedar kontrak sosial antara pemimpin dan masyarakatnya tetapi juga merupakan ikatan perjanjian antara dia dan Tuhan.

            Menurut Prof. Dr. Quraisy Sihab, syarat pemimpin harus mempunyai tiga aspek yang kuat, yaitu IESQ (Intelligence, Emotional, Spiritual Quotient) dan AQ (Adversity Quotient)[1]. Melihat realita yang ada, Pemimpin bangsa sekarang ini sangat kritis akan kepemimpinan yang baik, entah itu menyangkut aspek intelegensi, emotional, spiritual bahkan adversity, sebagai gambaran data ICW menyebutkan bahwa di tahun 2012 semester I tercatat 285 kasus korupsi dengan kerugian sampai 1,22 triliyun rupiah[2], dari pihak penegak hukum pun yang semestinya mengadili malah luput dari kubangan kasus korupsi, ditambah lagi para pejabat  terjerat kasus gratifikasi seksual dengan pelacur ternama. Maka pantas saja bila negara ini terus stagnan dalam keterpurukan, ketinggalan dengan negara lain, seakan-akan tak mengenal kedinamisan menuju kesejahteraan yang lebih baik. Maka apabila akhlak pemimpinnya demikian, pantaslah bila rakyatnya pun sengsara, pendidikan tak maju, kesejahteraan tidak merata, dan tak sedikit yang masih berada dalam kubangan kemiskinan, kriminalitas pun meninggi.  POLRI dengan Wakabareskrim Irjen Saud Usman Nasution menyebutkan bahwa tahun 2012 tercatat angka kriminalitas sampai angka  316.500 kasus, artinya setiap 1 menit 31 detik (90 detik) terjadi 1 tindak kejahatan[3].

            Ada apa gerangan ? Nampaknya bangsa kita mengalami degradasi moral para pemimpin dan pemuda yang diakibatkan krisis kepemimpinan tiap individu. Dalam essai ini, penulis bermaksud ingin memfokuskan pembahasan pada pembentukan karakter pemuda masa kini untuk membentuk peimimpin masa depan. Diskursus mengenai peran pemuda dalam membangun sebuah negara tidak akan pernah dikenal habisnya. Pepatah “pemuda masa kini adalah pemimpin masa depan” tampak sudah mendarah daging dalam segala bentuk perjuangan pemuda di mana pun ia berada. Ketika pemuda ia berkarya, berjuang dan berkorban untuk negara, dan ketika ia semakin matang dan dewasa, negara memberikan kesempatan baginya untuk mengabdikan diri sebagai “pelayan negara”.

Sejarah mencatat, bagaimana pemuda tangguh bernama Christoper Colombus menembus samudra atlantik dan menemukan benua Amerika. Atau seorang Nelson Mandela dari Afrika yang memberikan catatan sejarah yangs angat mengagumkan, tokoh anti-apertheid ini ikhlas meninggalkan kehidupan normalnya untuk mengabdikan diri untuk bangsanya yang terjajah oleh bangsa kulti putih. Dan tentunya kita juga mengenal Ir. Soekarno yang bermimpi menjadi Presiden Indonesia, meski di saat itu “Republik Indonesia” belum lahir.[4]

Dari gambaran tokoh-tokoh pemuda diatas tercermin semangat-semangat visi pemuda dikala itu sangat tinggi. Apa kesamaan yang mereka miliki? mereka berpikir besar, berjiwa besar, konsisten dalam perjuangan, serta total memberikan hidup dan mimpinya untuk keadaan negaranya yang lebih baik. Dan mereka juga telah menuai hasil yang jauh diatas mimpinya saat pertama kali menguatkan tekad untuk memberikan perjuangan total bagi negara. Ciri-ciri inilah yang harus dimiliki pemuda Indonesia masa kini, bukan hanya sibuk dengan meniru dan mengidolakan artis-artis luar yang justru malah mengikis karakter bangsa dan sopan santun budaya timur. Pemuda masa mengalami krisis kepemimpinan dalam jiwa mereka, tak adalagi semangat juang nasionalisme, tak ada lagi visi hidup untu mengabdi pada negara.

Turunnya peran pemuda ini sangat jelas terlihat setelah akhir masa reformasi. Semangat juang pemuda yang dulu giat melawan musuh terkikis dengan arus globalisasi yang sebenarnya adalah musuh yang tak terlihat. Pemuda kian dimanjakan teknologi dan tak tertuntut untuk menjadi generasi terbaik bangsa. Disaat negeri ini kokoh dalam keunggulan komparatif seperti sumber daya alam yang hampir tidak terbatas, negeri ini justru sangat lemah dalam keunggulan kompetitif yaitu kekuatan sumber daya manusianya.

Sudah cukup kiranya, pemuda Indonesia mengelu-elukan kekuatan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, kini saatnya pemuda Indonesia berpikir besar bagaimana meningkatkan kapasitas diri dan berperan signifikan dalam perbaikan bangsa. Bukan sekedar wacana, melainkan sebuah aksi nyata yang terukur dan konsisten.

Jika Indonesia belum berhasil menemukan pemimpin yang pantas dianggap baik hingga kini, maka benih-benih muda inilah yang menjadi tonggak harapan masa depan kepemimpinan yang cerah. Jika kita terus stagnan dengan kepemimpinan yang “mlempem” takkan terelakkan jia masadepan kepemimpinan Indonesia akan suram. Kekuasaan terus secara hirarki dipegang oleh tikus-tikus bangsa penggerogot uang negara. Politik hanya terus didominasi oleh orang-orang serakah yang haus akan kekuatan. Bukan pemimpin yang mempunyai jiwa pengabdian murni terhadap negara dan juga pelaksana amanah rakyat dan Tuhan.

Berikut ini ada tiga karakter yang harus ditanamkan kepada pemuda masa kini untuk melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik di masa depan:

1.      Benahi Moral diri
Kehancuran dan kebobrokan kepemimpinan masa kini yang penulis jabarkan di atas merupakan bukti dari krisis kepemimpinan di negara ini dari setiap individu entah itu pejabat atau pun rakyat yang kurang akhlak dan daya spiritual yang minim. Pantaslah bila Ahmad Syauqi, Penyair kenamaan mesir berkata : Eksistensi bangsa-bangsa terpelihara, selama akhlak budi mereka terpelihara. Kalau akhlak mereka runtuh, runtuh pula mereka itu. Kini, negara yang diibaratkan oleh Multatuli/Douwes Dekker laksana untaian jamrud khatulistiwa yang dihamparkan di persada nusantara hanya sekedar alunan kata belaka. Sumber daya yang melimpah apabila tidak didukung dengan sumber daya manusia yang religius dan  berakhlak qur’ani hanya akan menjadi penghias belaka, dan tidak berguna bahkan menjadi bencana yang mengancam kelangsungan hidup alam hayati. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ar-rum : 41 :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

2.      Budayakan kejujuran
Ada suatu kisah, pada suatu saat seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, apa yang membuat suatu negara dapat bertahan? Rasulullah Saw menjawab, “ Satu perekonomian yang baik, dua tentara yang kuat, dan tiga, orang-orang yang amanah dan jujur.” Lalu sang sahabat bertanya lagi, “Jika suatu negara tak mempunyai perekonomian yang baik, mungkinkah?” Rasulullah berkata, “Insya Allah akan tetap betahan.” Sahabat pun bertanya kembali, “ Jika tak punya tentara yang kuat?” Rasulullah membalas, “Insya Allah akan tetap bertahan, “Tetapi jika perekonomian baik, tentara kuat, tetapi tak mempunyai orang-orang yang amanah dan jujur negara itu tak akan mungkin sanggup bertahan.”
Kejujuran harus ditanamkan di hati para pemuda masakini, supaya niat mengabdi kepada bangsa tidak terkalahkan dengan kepentingan ekonomi yang banyak menjadi alasan besar korupsi pejabat merajalela di negeri ini.

3. Pentingnya esensi keadilan bagi seorang pemimpin
Karena keadilan adalah lawan dari penganiyayaan. Dalam Alqur’an dijelaskan tentang pernyataan Allah yang menjawab doa nabi Ibrahim “Dan kepada orang kafir pun aku beri kesenangan sementara (di dunia) kemudian di akhirat Aku paksa ia menjalani siksa neraka..” (Al-baqoroh-126) Demikian keadilan dijelaskan di dalam Alqur’an. Dari sini lahir kriteria dalam menetapkan seseorang sebagai pemimpin dan indikator kepantasannya untuk diangkat, antara lain bagaimana sikapnya terhadap Tuhan dan lingkungannya, bukan saja lingkungan kecil atau keluarga dan masyarakat luas. Adil menjadi syarat mutlak seorang pemimpin, Plato pernah berkata, “Dalam individu yang adil tercermin politik yang adil” ia juga berpendapat bahwa keadilan adalah satu-satunya faktor yang penting untuk mewujudkan pemerintah ideal.[5] Esensi keadilan merupakan yang palng utama, karena dengan tertanamnya rasa keadilan. Maka semua tindak penyalahgunaan kekuasaan tidak akan terjadi pada pemimpin di masa depan.

Dengan menanamkan tiga karakter utama ini kepada para pemuda masa kini ejak dini, akan tercipta pemimpin-pemimpin di masa depan yang berkarakter, berjiwa spiritual dan berintegritas tinggi untuk Indonesia yang lebih baik. Insya Allah.

* Pernah diikutsertakan dalam Seleksi Lomba Debat Antar Kampus Book Fair  Maret 2013
(Masmuhah dan Ihsan Nashihin)


[1] Quraisy Sihab, Membumikan Al-Qur’an 2 hal. 681
 [2] http://nasional.kompas.com/read/2012/10/04
[3] http://news.detik.com/read/2012/12/26
[4] http://ridwansyahyusufachmad.com
[5] Book IV Plato’s The Republic

di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam yang begitu pekat
dan mata sebaiknya di pejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu disepertga malam terakhir
engkau terjaga, sadar dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cita-cita yang besarm tinggi dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang menebar kebaikan, menghentikan kebiadaban,
menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki,
walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampa engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tersenyum di jalan cinta para pejuang..

#Salim A.Fillah
#Aku tidak tertarik siapa dirimu, atau bagaimana kau tiba disini
Aku ingin tahu apakah kau mau berdiri di tengah api bersamaku dan tak mundur teratur
Aku tidak tertarik dimana atau dengan siapa kau belajar.
Aku ingin tahu apakah yang menjagamu dari dalam, saat segala hal berjatuhan.
Aku ingin apakah kau bisa sendirian bersama dirimu, dan apakah kau benar-benar tetap menyukai di saat-saat hampa
jika orang menanyakan mengapa untuk jawaban karena
maka aku akan menanyakan apa untuk jawaban nanti..

#Di hutan, kulihat dua cabang yang terbentang
Kuambil jalan yang jarang dilalui orang
Dan itulah yang membuat segala perbedaan

#Karena ke kemah ini
Sejarah sedang singgah
dan mengulurkan tangannya yang ramah
Tak ada lagi sekarang waktu
untuk merenung panjang, untuk ragu-ragu
Karena Jalan masih jauh

9.24.26Rabi' Tsani 1434H
#passionforThepossible #The roadnottaken #taufiqIsma'il
Saya ingin belajar bersembunyi seperti akar..
Sering dilupakan  tapi susah dirobohkan..
Bahkan batang terkuatpun sebenarnya bertumpu padanya, yang tidak kelihatan...
Akarlah sebenarnya yang bisa menumbuhkan batang yang kuat, daun yang indah, dan bunga mawar
dan saya tetap menjadi akar.. biar diliputi tanah dan terinjak..ditindih rumput dan berwajah lumut, ini jalan saya...
biar daun dan bunga yang terlihat, silahkan mereka berebut untuk itu,, tapi jadi bunga tidak ada yang lama dan jadi daun demikian pula...

-Abi Muzakki Kamalie-

Secuplik petuah di atas adalah pesan yang Ustad Zaki kirimkan pada saya beberapa menit yang lalu. Analogi ini terus berputar-putar dalam otak saya mencerna maksud dan alasannya. tak terasa air matapun menetes, mengingat diri yang tak tau diri. mengingat diri yang selalu merasa siapa-siapa, mengingat diri yang selalu ingin menjadi apa-apa. Alangkah mulyanya menjadi akar yang kokoh mendirikan kehidupan pohon, yang berjasa mencari dan menyimpan sumber makanan untuk kehidupan, yang berusaha selalu ada dan tidak pergi kemanapun. seberapa lama hidupnya daun? buah? bunga? bahkan batang? karena mereka yang mudah terlihat, maka mereka pula yang banyak dimanfaatkan dan dihabiskan. Tapi akar? jarang ada yang melihat dan mempergunakannya.
Beliau juga pernah berkata, "Guru itu tidak pernah tenar, yang banyak mencari tenar adalah muridnya"
kembali bibir ini kelu untuk berucap, jika kembali dikaji tujuan dan pangkal atas alasan mengapa kita hidup di dunia ini, mungkin akan ditemukan jawaban yang sama, namun cara dan metode yang berbeda-beda. Jika semua mempunyai satu misi, yaitu HANYA ALLAH, dengan apapun jalannya, pasti itu bukan masalah, karena toh tujuannya sama. Itulah bagaimana kita bisa mengimani takdir. Lika-liku kehidupan, capek, bosan, jatuh, bangun, sedih, bahagia, mungkin sudah sanagt biasa diperbincangkan dan dikaji. Namun h
akikatnya, KEHIDUPAN sebagai apapun harus capek. Karena esensi dunia itu tempatnya bercapek-capek.
Ustad Zaki kembali berkata: Ada yang siang malam capek mikirin masalah badan, ada yang 360 hari setahun hanya untuk mencari pengakuan orang-orang.
 Karena hidup memang untuk bercapek-capek, maka jangan pernah bosan untuk bercapek-capek... JANGAN PERNAH BOSAN, SAMPAI KEBOSANAN BOSAN MENGIKUTIMU...
Karena dalam setiap keluhan yang keluar atas capek-capek yang ada, tersirat titik jenuh kemampuan diri untuk terus berjuang bukan...
Secara tidak langsung, kebosanan sering datang bersama kesombongan..
Kesombongan diri dengan berhenti berjuang, kesombongan diri dengan berhenti melangkah, dan kesombongan diri karena kecapek-capekan. Justru kecapekan itu yang nanti akan membawa diri kita pada titi terendah menjadi seorang hamba, dimana saat titik terlemahnya, tak ada daya serta upaya selain kekuatan yang hanya diberikan oleh Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.. Pada saat titi terendahnya pula, meski tujuan yang dicapai semakin buram, namun nilai-nilai penghambaan pun muncul secara natural. Pada saat titi terendah itu pula, akan ditemukan kebahagiaan karena bisa merendah hingga serendah-rendahnya, kebahagisaan karena menjadi lemah selemah-lemahnya, kebahagiaan karena setiap cahaya Rahman dan Rahimnya begitu terasa  pada sel-sel darah paling kecil...

Karena pada titik terndah itu pun akan pula ditemukan sebuah ketenangan dan kebahagiaan intim bersama Sang Rahman dan Rahim. karena pada saat itu pula, tak ada tulang dan otot yang mampu bergerak, lemah dan tak berdaya, begitu sangat lemas, kecuali tanpa cahaya-cahaya kekuatan dari Sang Rahman dan Rahim...

Wallahua'lam Bisshowab
Jum'ah, 19 Robi'u Tsani 1434 H @9.37 



“Masadepan itu Cuma 2: Cita-cita dan Cinta”

Sabtu kemaren, aku sempat mengunjungi perpustakaan UI untuk mencari ide dan referensi tugas prasyarat UAS metodologgiku yaitu membuat proposal penelitian. Untungnya, Rusi, sahabat lamaku di SMP, yang sekarang menjadi anak Akutansi UI mau menemaniku. Matahari tampak terik, sepanas hatiku beberapa hari yang lalu karena satu hal menggelikan di dunia (read:cinta) sudah tak usah membahas masalah itu, yang ingin aku bahas adalah, perbincanganku dengan Rusi hari itu. Jika direnungi, banyak ketidaksangkaan pada pertemuan kami yang mendadak ini. Mungkin juga pada pertemuan-pertemua semua orang hari itu, jam itu, ataupun detik itu. Semua nampak teratur semestinya dan pada tempatnya, bagi para orang-orang yang salah arah, ternyata masih banyak tanda-tanda takdir yang mengembalikannya pada jalur yang semestinya. Indah! Semua berjalan sempurna, setiap pertemuan, setiap perjalanan, setiap takdir, tanpa cacat dan kekecewaan sedikitpun. Yang ada hanya rasa sesal karena terus mengeluh karena tidak SABAR. Mungkin pembicaraanku mulai ngalor ngidul, tapi jika anda pandai. Anda dapat melihat makna implisit kalimat demi kalimatnya.

Diperjalanan kami menuju bangunan megah di depan danau UI yang luas itu, banyak perbincangan yang terjadi. Kehidupan kuliah, masa lalu, teman lama, minat dan kesukaan. Percakapan kami tak berubah, testenya sama dengan pada saat sekitar 3 tahun yang lalu. Saat Rusi masih kelas 2 SMA di SMA 1 Jember (sekolah unggulan di sana) dan aku di pondok pesantren Darunnajah, Jakarta. Saat itu, seperti biasa aku mengisi liburan ke kampung halamanku nan damai, kampung halaman yang berjasa membentuk karakterku hingga seperti ini, kampung halamanku yang sangat sederhana, dan membahagiakan. Semboro. Aku dan teman-teman SMPku sering berkumpul di kala liburan, kami berpisah di berbagai kota, namun tak pernah bosan untuk berkumpul, bercanda, atau hanya sekedar menanyakan kabar. Aku tak begitu ingat percakapanku dengan Rusi, saat itu, mungkin kira-kira seperti ini

O: Udah ya Rus, aku pulang dulu! (beranjak berdiri)  
R: Oke Ucha, sampai ketemu di UI ya entar!
O: oke, gua tunggu di UI!!

Mungkin sebelumnya, ada perbincangan panjang tentang masa depan di hari itu, namun aku tak begitu ingat! Tapi aku selalu ingat percakapan ini, dan kemarin, aku benar2 sedang berbincang dengannya lagi, di trotoar UI, dengan ia sebagai mahasiswa UI.

Aku selalu bahagia mengingat ingatnya. Menjadi saksi hidup sebuah impian yang tercapai! Rusi, kau tak perlu repot-repot menjadi orang yang kau kagumi!! Kau hanya perllu menyadari bahwa jangan pernah mau menukar takdir hidupmu dengan siapapun! J

Kami perlahan memasuki gedung dengan arsitektur modern ini, setelah sedikit bolak-balik dengan urusan administrasi, aku naik ke lantai 3, untuk melihat-lihat kumpulan skripsi. Mataku sempat terpukau dengan jajaran mesin apple yang bertebaran sebagai katalog di berbagai sudut. “Keren!” batinku dalam hati. Cukup lama mencari buku yang kucari, tiba-tiba seorang Bapak mnghampiri kami, dan bertanya;

B: Darimana dek?
O: Saya dari UIN pak?
B: Oh,dek, sudah tau belum, nanti dilihat ya, bukunya kalo ada file digitalnya (ambil menunjukkan bagian yang dimaksud di layar padaku) berarti bisa di download, aja, soalnya kalau mau fotokopi mahal, 1000/lembar. Jarang loh, yang tau ini! (sambil mengedipkan mata!)
O: oh, terima kasih pak, (sambil melongo)

Aku sempat heran, apakah benar, dan cukup senang, itu berarti aku bisa mendapatkan softcopy jurnal2 dari sini, dan tidak pulang dengan tangan kosong! Entah mengapa aku selalu merasa beruntung, dengan semua hal yang terjadi secara kebetulan. Eits, tidak ada kebetulan katanya di dunia ini. Ya memang tidak ada. Di setiap kebetulan yang membawa kemudahan, itu yang membuatku merasa selalu beruntung, dan bersyukur. Tapi tunggu, ternyata aku harus log in dengan akun anggota perpus UI dulu, jika ingin men download. Dan aku kembali merasa bersyukur, Rusi menemaniku kesini, sehingga aku bisa menggunakan id dan paswordnya untuk mendownload beberapa jurnal. Semua kebetulan an rangkaian kebetulan yang terjadi semakin membuatku berfikir bahwa bukan orang yang sembarangan yang bisa mengatur semua kebetulan tersebut bgitu rincinya dan pastinya. Andai kau suka melihat film sherlok holmes, ia begitu pintar membaca tak tik dan memecahkannya begitu logis dan sistematis. Semua kebetulan, dapat terbaca sebab dan akibatnya. sSemua tindakan selalu mempunya interest serta maksud dan tujuannya, shingga dapat disimpulkan bahwa TIDAK ADA YANG KEBETULAN DI DUNIA INI. J

Langsung menuju klimaks mengapa tulisan ini ditulis,,,  dari pertemuanku dengan Rusi, ada satu percakapan yang terus ternging hingga saat ini,

R: Dulu, ada orang yang bilang ke aku malem-malem, dengan sok bijaknya, “Masa depan itu Cuma 2 Rus, Cita-cita dan Cinta!”
O: Oh ya, siapa?
R: tertawa
O: emang aku pernah bilang kayak gitu ya? I dont guess so!! (berfikir)

Aku tak pernah merasa pernah berkata seperti itu pada Rusi, tapi jelas sekali ia mengingatnya aku mengatakan padanya. Dalam hati aku begitu ingin  tertawa, hellow~!!!! Sok bijak sekali Cha!! Masalah cinta saja galau bukan main, seperti beberapa hari yang lalu (sensor) sudah berani berkata sok seperti itu seperti orang berumur 50an dan sudah tau segalanya.

Hingga pulang, aku terus memikirkannya, aku rasa, masa depan tidak sesederhana itu, ia abstrak, tak bisa di tebak, namun, detik ini, saat aku menulis, Dengan segala perenungan dan pemikiran yang cukup sebentar, dengan segala hormat, aku  mengakui kebenaran kata-kata ku itu. Ha ha ha ha.... Mengapa, mungkin jika ingin dijabarkan, cita-cita dan cinta, dua hal yang kadang bertentangan namun sama-sama butuh perjuangan (lagi-lagi sok bijak kau Cha). Mengapa aku mengiyakannya, terinspirasi dengan idolaku sejak SMA, Prof. BJ Habibie yang merilis kisah cintanya menjadi sebuah film nan romantis dan bernilai tinggi kepada seluruh Indonesia, juga yang telah mencetuskan pengabdian bangsa yang penuh sepanjang perjalanan hidupnya yang sama sekali tak kan cukup jika di filmkan keseluruhannya, namun, sangan patut tercatat dalam sejarah orang yang paling berpengaruh dan inspiratif bagi bangsa Indonesia.

Kisah tekad cita-citanya juga cintanya, begitu meracuni sel-sel otakku hingga lumpuh dan mulai bekerja kembali dengan keyakinan bahwa, “ya, the future is only, for my dream, and my love” (Eaaaaaa... adegan slow motion terbang di awan, dengan soundtrack kitaro ) Cita-citanya untuk mewujudkan janjinya kepada bangsa, juga perjalanan kisah separuh hidupnya Ainun Habibi yang begitu sinergi membuat semangat para pengejar cita-cita dan pencari Cinta kina menggelora. (kata-katanya makin lebai nih, Cha!)

Cita-cita penting kenapa? Karena cita-cita dan Visi hidup itu hampir sama! agar setiap langkah kita terarah! So, jika anda berpedoman dengan moto hidup yaitu, “Sebaik-baiknya orang adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain” jadi ambil ambisi setinggi-tingginya untuk berpengaruh sebesar-besarnya!! Karena “you are only as high as your ambission”-MT-. Dan kembali percaya bahwa, “Wheather you believe you can, wheather you believe you can’t you r absolutely RIGHT! So, IMPOSSIBLE is just means Iam Possible. Jadi apapun yang terjadi dalam perjalanan hidup anda, kembalikan pada motto hidup anda, Jika pun gagal dalam satu hal, ingat, kata Uni Rima, tidak ada kegagalan, yanga ada hanay KECELAKAAN SEMESTA yang membawa kita pada tempat semestinya.

Mengapa CINTA itu penting, karena hasrat untuk hidup adalah dengan Cinta, Cinta pada Sang Maha Cinta, Cinta pada Rasulullah yang tak pernah berhenti mencintai kita, Cinta pada orang-orang yang membentuk karakter kita, dan pastinya cinta kepada pasangan seumur hidup kita. Kadang aku selalu bertanya, mengapa temanku dulu, begitu betah bertelfon dengan pacarnya berjam-jam dan berhari-hari tanpa henti. Apakah tidak ada rasa bosan diantara keduanya. Ternyata, saat aku merasakaannya suatu waktu sendiri (sensor lagi nih). Memang benar-benar tak ada rasa bosan, jenuh atau pun capek dalam merasakan rasa luhur nan agung ini. Itulah magisnya... Sangat aneh, konyol, menggelikan, menjijikkan, namun sangat INDAAH... (mata berkaca-kaca). Intinya, cinta akan mengarahkanmu dengan aluanan indahnya melewati lini-lini kehidupan yang berat, menguatkanmu saat terjatuh, menjadi alasan kebahagiaanmu, dan yang paling penting, membuatmu menjadi sangat berarti lebih dari siapapun.

“Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun” BJ Habibie